oleh

IHSG “Terblok Darah” Nasib Investor? Opini Naili Amalia

IHSG “Terblok Darah” Nasib Investor? Oleh: Naili Amalia SE MM, Pemerhati Ekonomi.

Negara Maju, sebutan baru bagi Bangsa Indonesia. Bangga? Rasanya sih tidak begitu bangga banget. Alasan tersendiri bagi pemerintah Amerika mengklaim Indonesia sebagai negara maju. Lebih maju dari sisi infrastruktur benar sekali, lebih tertata administrasi benar juga, lebih transparansi  pemerintahan? Bisa jadi. Tapi kenyataannya masyarakat masih begini aja. Merasa tertekan? iya jelas karena belum merasakan ekonomi nasional sempurna layaknya negara maju semestinya.

Terpuruk, seterpuruknya negeri ini, bahkan seluruh negara di dunia ini merasa terpuruk. Seisi negara di dunia mengeluh terpuruknya ekonomi secara global. Entah ada apa persisnya yang terjadi tetapi semua merasakan kepiluan nyata. Negara-negara aja menjerit, jelas sekali masyarakat merasa “terluka tak berdarah”.

Momentum langka, Hari Senin, 9 Maret 2020 menjadi hari terdrama dan terpilu. Pasalnya hampir semua indeks bursa dunia kompak terjun bebas tanpa kendali. Secara otomatis harga saham perusahaan didalamnya juga terjun bebas sebebas bebasnya. Hasil pengamatan mengatakan penurunan terdalam pada negara Italy. FTSE turun hingga mencapai hampir 10 persen. IHSG terjun bebas mencapai angka 6,58 persen. (Bloombreg)

Tombak poros perdagangan global dipegang oleh Tiongkok mengalami perlambatan laju ekonomi. Bukan lain karena virus corona dari Wuhan China dan menghantui seluruh negara di Dunia. Arab Saudi misalnya sebagai poros peradaban Islam merasa terhantui adanya corona, sehingga harus memberlakukan Shalat Jum’at hanya dalam waktu 15 menit saja. Secara langsung melarang jamaah masuk ke Mekkah sehingga mempengaruhi pendapatan pemerintah Arab Saudi.

Begitu juga dengan Indonesia terhantui oleh corona. 10 Maret 2020 pemerintah mengumumkan terdapat 28 orang positif terkena virus corona. Jelas ketakutan menghantui semua lapisan masyarakat. Apalagi lagi belum ditemukannya vaksin untuk mengatasi penyebaran virus corona. Presiden sempat mengatakan bingung menghadapi kasus corona sehingga ekonomi nasional sangat lambat tumbuh.

Kabar gembira datang, MA membatalkan kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Seperti sebuah ”obat pahit yang tercampuri madu” sebagai pemanis. Padahal, kepiluan terasa jelas sekali menerpa masyarakat yang tak mampu berkutik sedikitpun. Pemberlakuan untuk kembali ke iuran semestinya kapan belum disepakati. Semoga tidak terPHP untuk kembali ke iuran awal.

Menteri Keuangan Sri Mulyani (11/3/2020) membahas issue ekonomi global maupun ekonomi secara nasional dengan para menteri terkait dan gubernur BI untuk menentukan sikap. Pemerintah seharusnya menetukan langkah sebuah kebijakan untuk menyelamatkan ekonomi masyarakat. Kebijakan fiskal dibuat “Opsi pengampunan pembayaran pajak bagi wajib secara “sementara”, PPh pasal 21 dan 25 berlaku bagi orang pribadi dan badan usaha”.  Jika dikulik lagi pajak dapat terutang dan dilunasi dalam waktu 1 tahun. Percuma rasanya kalau penangguhan pembayaran hanya beberapa bulan. Kepastian tak menentu sehingga belum tahu adanya penerapan pasti bagi wajib pajak.

BBM turun, mengingat harga minyak mentah mengalami penurunan drastis. Anjloknya harga minya dunia menyebabkan resesi ekonomi secara global, salah satu membuat Indeks utama di berbagai negara terjun bebas. BBM turun mengurangi beban masyarakat, tapi disisi lain pemerintah takut pendapatan bagi negara makin terpuruk. Opsi ini diabaikan pemerintah sebagai langkah aman pertahanan ekonomi.

Baca Juga :  Impor Bawang Putih dan Ilusi Swasembada. Opini Djumriah Lina Johan

Anjloknya harga minyak dunia tidak lain disebabkan oleh perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Sedangkan Tiongkok sebagai pusat peradaban perdagangan global. Sedangkan minyak dunia dijadikan sebagai tolak ukur harga komoditas eksport. Sangat jelas menurunnya kinerja neraca perdagangan global ditambah lagi keliaran virus corona mengguncang Indeks bursa dunia “terblok darah merah” termasuk IHSG.

Sikap Investor ?

Sejatinya setiap manusia membutuhkan investasi. Banyak pilihan dan berbagai macam investasi. Hanya segelintir orang tertarik dan terjun kedalam investasi pada dunia saham. Tak heran karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya update informasi ekonomi secara berkala. Belum tentu semua orang ekonomi mengerti dan punya saham. Saham merupakan suatu investasi yang menarik namun membutuhkan latihan dan pemahaman yang luar biasa.

Galau, menimpa ketidakpastian sangat tinggi berbagai sektor perekonomian Indonesia bahkan dunia. Banyak investor luar negeri melakukan aksi jual saham secara besar-besaran. IHSG makin terblok darah merah dengan tebal membuat investor Indonesia menjerit menangis. Tidak adanya cuan diantara kebanyakan treder kebanyakan harga saham melemah.

Bertahan?, sampai kapan harus mempertahankan kerugian yang semakin jelas nyata. Hal tersebut terjadi karena posisi beli pada saat harga saham berada diatas harga sekarang sehingga mengalami kerugian. Investor tidak akan menyangka hal terburuk atas perlambatan ekonomi terjadi sedrastis ini. Kacau balau kepiluan portofolio investor terbakar api besar “mengerikan”.

Ilmu saham mengajarkan tentang berbagi banyak hal mulai dari analisa, kesabaran, ketenangan serta ketangguhan menghadapi risiko. Tidak heran lagi keutamaan investor sebelum masuk investasi harus melakukan analisa, baik “analisa fundamental maupun analisa teknikal”. Hal tersebut sangat membantu untuk memprediksi perkiraan pergerakan saham dimasa mendatang.

Tidak lain analisa fundamental mengetahui hasil pembukuan secara rinci maupun kinerja perusahaan tahun sebelumnya yang digambarkan melalui ratio. Setidaknya mengetahui ratio EPS, PER, PBV, ROE, DER dan lain sebagainya. Cocok sekali sebelum investor masuk, harus mengetahui kinerja perusahaan pada periode tahun sebelumnya. Salah satu kunci utama untuk investasi jangka panjang.

Analisis teknikal penting sekali atas chat pergerakan harga saham. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan posisi investor masuk membeli saham perusahaan. Sangat pantas digunakan baik secara invetasi short time dan long time. Adanya pantauan serta pemantauan alur pergerakan harga mampu memprediksikan pergerakan arah saham mendatang, akan “bullish atau bearish” ?.

Sayang atau nasib, kondisi sekarang tak mendukung. Sedih sekali rasanya trader atau investor memiliki saham dan belum sempat menjual saat krisis datang. Krisis sekali rasanya hampir setiap minggunya dari awal tahun IHSG selalu “terblok merah”. Maka dari itu sangat disarankan trader dan investor harus memiliki target keuntungan dan target dimana saham harus di cutloss  pada periode tertentu.

Baca Juga :  Lanal Banyuwangi Bebaskan Hiu Tutul Terjebak di PLTU Paiton

Miris rasanya trader maupun investor dengan portofolio ”terbakar” hebat. Babagaimana tidak terbakar, IHSG aja keblok “merah merona”. Penurunan transaksi pada bursa efek dilandasi atas terjadinya virus corona dan perperangan minyak sehingga mengalami perlambatan ekonomi.

Dibalik kisah terpuruknya perekonomian di Indonesia maupun di negara-negara lain sebenarnya memiliki kesan menarik bagi investor. Jika dikulik kembali pada BEI semua harga saham perusahaan terjun bebas. Dapat dikatakan ini “kesempatan emas” bagi para investor dan trader untuk membeli saham bluecip. Posisi sangat baik pula bagi investor pemula untuk mendapatkan keuntungan dengan mudah.

Seperti saham BBRI, BBCA, ADRO, MYOR dan masih banyak lagi mengalami penurunan harga saham turun hampir 10 persen dari harga ekonomi stabil. Biasanya tidak pernah mencapai harga titik terendah seperti akhir-akhir ini. Bisa dikatakan saham lagi “discount” obral nih. Beli dibeli “jangan lupa diamati pergerakannya” karena masih riskan dengan kondisi sekarang ini.

Jika dikulik kembali seperti halnya “bermimpi di siang bolong” bagi investor dan trader. Bagaimana bisa melakukan tambah dana untuk investasi. Harga saham perusahaan potensial memang pada turun, sayangnya tidak ada keberdayaan masyarakat untuk menambahkan atau membeli saham. Padahal ini adalah masa yang sungguh sangat tepat untuk beli saham perusahaan potensial. Kalau bukan sekarang kapan lagi?, inilah dunia saham.

Jika dipikir tidak mungkin untuk investasi saat ini. Pendapatan buat beli kebutuhan harian saja pas-pasan bahkan bisa saja kurang. Adanya kasus akhir ini sangat sensitif pada semua kebutuhan pokok meningkat drastis.

Kemarin saja dari pengamatan penulis menemukan bawang bombay harganya melejit 120.000/kg, jahe sebesar 64.000/kg ditambah juga gula 17.000/kg di pasar. Peningkatan harga pesat terjadi pada masker dan hand sanitizer, harga mahal barang langka pula. Fantastik sekali bukan? kalau semacam ini, pendapatan hanya bisa buat makan tidak sampe tersisih untuk tambahan lot dalam portofolio.

Kisah mempilukan, seluruh dunia rasanya ingin mengakhiri wabah corono dengan penemuan vaksin serta penyelesaian dengan penstabilan harga minyak. “IHSG keblok merah portofolio terbakar”. Tidak tau lagi sisi investor mau berbuat apa. Amarah ingin investasi tinggi tapi tak mampu untuk membeli karena lebih didesak kebutuhan ekonomi harian melejit. Masa ekonomi buruk tapi waktu yang tepat masuk investasi.

Selogan “hight risk hight return” tepat disuarakan tak mampu dijalankan. Setidaknya investor berupaya melakukan “penambahan lot saham” pada pengamatan titik balik untuk mendapatkan cuan sebagai pengobat terbakarnya api portofolio. Inilah dunia penuh dengan dilema kepahitan ekonomi bertubi.

Loading...