oleh

GPI Peduli Umat Bagikan 2 Ribu Nasi Bungkus Untuk Warga Kolong Jakarta

SUARAMERDEKA.ID – Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda Islam (GPI) Jakarta Raya menggelar GPI Peduli Umat dengan membagikan 2 ribu nasi bungkus kepada masyarakat yang tidak punya tempat tinggal tetap di Jakarta, Sabtu (2/5/2020). Pembagian dipusatkan di beberapa titik kota Jakarta, terutama daerah kolong jembatan.

Ketua PW GPI Jakarta Raya Rahman Himran menjelaskan, kegiatan GPI Peduli Umat yang dilakukan pada bulan suci Ramadhan ini merupakan kegiatan rutinitas organisasi. Ia menegaskan, GPI selalu berbagi sahur bersama masyarakat kurang mampu untuk bersama-sama menunaikan ibadah puasa.

“GPI Peduli Umat membagikan 2 ribu nasi bungkus di beberapa titik di Jakarta. Kendati jumlahnya sangat sedikit dibandingkan yang membutuhkan, tetapi ditengah merebaknya wabah covid-19 dan penetapan PSBB, hal ini sangat berarti bagi yang menerimanya,” kata Himran, saat dihubungi melalui percakapan seluler, Minggu (3/5/2020).

Lanjutnya, penetapan PSBB di DKI Jakarta oleh Kemenkes, membuat nasib si miskin semakin merana dan tersiksa. Tak jarang masyarakat Jakarta melihat bagaimana masyarakat tidak mampu tidur beralaskan koran, beratapkan langit dan kolong jembatan. Mereka terlunta-lunta di pingiran jalan, berharap sedekah dan sesuap nasi, untuk berpuasa di bulan suci ramadhan.

Baca Juga :  Sebut Orang Miskin Penyebar Corona, GPI Ultimatum Juru Bicara Covid-19

“Sementara para elit pemerintah tidur pulas diatas ranjang sutra. Asyik membuat pencitraan serta mengambil kesempatan dan keuntungan untuk merampok uang rakyat. Justru ditengah jerit dan tangis si miskin akibat covid-19,” imbuh Rahmat Himran

Sementara itu anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) GPI Dedy Umasugi SH menyebut pengangguran dan kemiskinan ialah penyakit akut negara ini. Ia menyayangkan pemerintah yang ketika bicara kemiskinan selalu menjadikan data statistik sebagai jawaban. Dedy bahkan menyebut data statistik adalah jurus pamungkas penguasa bangsa ini, guna mencegah kemiskinan dan pengangguran.

“Menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan bukan sekedar permainan angka statistik. Rakyat butuh sesuatu yang nyata. Sementara Jokowi dan para pejilatnya hanya menampilkan indeks statistik, sebagai capaian kesuksesan. Faktanya, si miskin semakin berkarat, dan si kaya semakin banyak menjadi konglomerat,” kata Dedy Umasugi melalui percakapan seluler, Minggu (3/5/2020).

GPI Peduli Umat Bagikan 2 Ribu Nasi Bungkus Untuk Warga Kolong Jakarta
Tim GPI Peduli Umat sebelum berangkat, Sabtu (3/5/2020) dini hari.

Menurutnya, saat ini rakyat butuh pemimpin yang dapat merasakan keluh kesah si miskin, bukan sekedar mengunakan topeng pencitraan untuk menipu rakyat. Ia menegaskan, rakyat tidak butuh pemimpin yang berpura-pura merakyat, tetapi membela konglomerat Cina.

Baca Juga :  Panggung Kreasi dan Edukasi Seni Peran Pelajar Banyuwangi Dalam Festival Teater

“Membuat rakyat jelata semakin melata ditengah covid-19 melanda Indonesia. Ketika si miskin di fitnah sebagai penyebar wabah bagi si kaya, oleh Juru Bicara, Jokowi hanya diam dan tertawa bangga dan tak berbuat apa-apa,” ujarnya.

Dedy Umasugi menegaskan, sudah saatnya rakyat selaku pemegang kedaulatan Negara harus cerdas dan bersatu. Bergotong royong untuk merajut kembali persatuan dan kesatuan yang terkikis akibat virus corona. Hal ini penting dilakukan, guna menyikapi kondisi bangsa yang semakin terpuruk.

“Jangan pernah takut atas kedzaliman ini. Sebab apabila didiamkan, maka dikhawatirkan covid-19 menjadi sebab Indonesia bernasib sama seperti negara Zimbabwe,” kata Dedy Umasugi.

Merebaknya covid-19 di Indonesia, menurut Dedy Umasugi, membuka tabir dibalik topeng Jokowi yang sebenarnya, dan perselingkuhan Jokowi dengan konglomerat Cina. Dan si miskin yang harus menangung deritanya dan menerima imbas dari semua itu.

“Rakyat di tekan untuk tidak boleh beraktivitas, dan bekerja. Sementara bantuan tidak kunjung datang. Akibatnya, si miskin kelaparan dan mati di emperan jalan-jalan atau gantung diri dalam rumah,” pungkas Dedy Umasugi. (OSY)

Loading...