oleh

Hari Raya Mengusung Takwa: Solusi Wabah Ala Penguasa?

Hari Raya Mengusung Takwa: Solusi Wabah Ala Penguasa?
Oleh: Desi Wulan Sari (Revowriter Bogor)

Suka cita menyambut Hari Raya Idul Fitri bagi umat muslim sangat dinanti dan dirindukan. Setelah melewati bulan suci Ramadan penuh ujian dan keberkahan, saatnya meyambut hari raya dengan cara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Di tengah wabah covid-19 yang sedang merebak membuat sukacita hari raya bercampur dengan duka cita seluruh umat muslim Indonesia, betapa tidak, kita banyak kehilangan keluarga, sanak, teman, sahabat ataupun tetangga yang tengah berjuang di depan garda kesehatan negeri ini.

Ada yang bisa pulang ke keluarganya, ada yang harus di isolasi bahkan ada yang harus meninggalkan keluarga selamanya karena berjihad demi menolong sesama yang sakit karena wabah ini. Dan dikubur tanpa di iringi satu keluargapun dalam prosesnya.

Dalam pidato yang disampaikan pemimpin tertinggi Indonesia di sela-sela perayaan hari raya Udul Fitri 2020 kemarin, beliau mengatakan.

“Jika Allah benar-benar menghendaki dan jika kita bisa menerimanya dengan ikhlas dan dalam takwa dan tawakal, sesungguhnya hal tersebut akan membuat berkah, membuahkan hikmah, membuahkan rezeki, dan juga hidayah,”

kata Jokowi. Semoga Allah SWT meridai ikhtiar kita bersama, untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 dan memberi kekuatan pada kita untuk menjadi pemenangnya. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1441 hijriyah, mohon maaf lahir dan batin.” (Tempo.co, 23/5/2020).

Apa yang dikatakan kepala negara tersebut seakan ingin menyampaikan pesan bahwa modal keluar dari wabah ini adalah tawakal, takwa dan mendapat ridho Allah. Itulah himbauan yang disampaikan kepada masyarakat dalam menghadapi wabah Corona saat ini.

Momen idul fitri mungkin sangat tepat bagi pemimpin negara untuk menyampaikan pesannya dan berharap diterima oleh masyarakat. Namun, pertanyaannya solusi yang disampaikan dalam menangani wabah tersebut, sudahkah sesuai antara kebijakan yang dibuat penguasa negeri dengan solusi Islam yang ditawarkannya?

Semestinya jika seorang pemimpin menyampaikan sebuah solusi atas dasar ideologi agama (Islam), tentu apa yang disampaikan juga harus sesuai dengan fakta yang telah dilakukan selama ini, lihatlah bagaimana kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan, apakah sudah sesuai dengan syariah?

Atau pernahkah pemimpin kita mengajak melakukan taubat nasional untuk menyingkirkan wabah ini? Karena jelas kebijakan yang diambil selama ini masih berdasar hukum-hukum buatan manusia yang tidak memiliki solusi dalam setiap permasalahan negara.

Baca Juga :  JAKI Berharap Idham Azis Mampu Membangun Kepolisian Berbasis Kemanusiaan

Seperti kebijakan PSBB selalu tarik ulur saat melihat kebutuhan ekonomi para korporatokrasi. Atau kebijakan bantuan corona yang tidak jelas pendistribusiannya, justru semakin menambah buruk kinerja penguasa, bahkan kebijakan pembukaan mall pusat perbelanjaan yang dibuka sendiri oleh sang kepala negara, padahal dimana urgensi nya jika dikaitkan dengan penyelesaian wabah corona ini.

Sepanjang mata memandang tidak ada satupun yang dilakukan dalam mengambil hukum syariah di dalamnya. Maka tidaklah sinkron apa yang disampaikan sang pemimpin dalam menggunakan momentum idul fitri sebagai ajakan kepada seluruh umat muslim untuk takwa dan tawakal sebagai solusi wabah negara, tetapi berkebalikan dengan fakta kebijakan yang dibuat sangat jauh dari hukum-hukum Allah.

Takwa dalam Islam

Imam Ahmad dalam Musnadnya dan al-Hakim dalam al-Mustadrak meriwayatkan dari sahabat Abu Dzarr radliyallahu ‘anhu bahwa ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika mulai membacakan kepadaku ayat,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّه مَخْرَجًا

maknanya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar” (QS ath-Thalaq: 2), hingga beliau selesai membacanya, kemudian bersabda:

يَا أَبَا ذَرٍّ، لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوْا بِهَا لَكَفَتْهُمْ

Maknanya: “Wahai Abu Dzarr, seandainya semua orang mengambil ayat ini (sebagai pedoman), niscaya ia cukup bagi mereka. ” Abu Dzarr berkata: Maka Rasulullah mulai membacanya dan mengulang-ulangnya. Ma‘âsyiral muslimîn hafidhakumullâh, Sebagaimana kita tahu bahwa takwa adalah menjalankan seluruh kewajiban dan menjauhi semua perkara yang diharamkan.

Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma bahwa ia berkata:

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يُنْجِهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Maknanya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat. ”

Sehingga makna takwa adalah sebab munculnya jalan keluar dari berbagai macam kesulitan di dunia dan akhirat, sebab diperolehnya rezeki dan sebab diraihnya derajat yang tinggi. Sebaliknya perbuatan-perbuatan maksiat adalah sebab terhalangnya seseorang memperoleh jalan keluar, rezeki, dan derajat tinggi di dunia dan akhirat.

Tawakal dalam Islam

Menurut penjelasan para ulama, tawakal adalah bagian dari usaha, bahkan usaha yang paling utama untuk meraih keberhasilan.

Baca Juga :  Bangkitlah Indonesia Sekarang Juga, Jangan Tunggu Vaksin

Salah seorang ulama salaf berkata: “Cukuplah bagimu untuk melakukan tawassul (sebab yang disyariatkan untuk mendekatkan diri) kepada Allah adalah dengan Dia mengetahui (adanya) tawakal yang benar kepada-Nya dalam hatimu, berapa banyak hamba-Nya yang memasrahkan urusannya kepada-Nya, maka Diapun mencukupi (semua) keperluan hamba tersebut”

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (QS ath-Thalaaq:2-3).

Artinya, barangsiapa yang percaya kepada Allah dalam menyerahkan (semua) urusan kepada-Nya maka Dia akan mencukupi (segala) keperluannya.

Maka tawakal yang benar, merupakan sebab utama berhasilnya usaha seorang hamba, baik dalam urusan dunia maupun agama, bahkan sebab kemudahan dari Allah Ta’ala bagi hamba tersebut untuk meraih segala kebaikan dan perlindungan dari segala keburukan.

Hari ini, sudah sesuaikah cerminan penguasa ketika menyampaikan sebuah tawaran solusi bagi kaum muslimin untuk mengambil jalan takwa dan tawakal dalam menghadapi wabah Corona ini?. Padahal jika melihat makna takwa dan tawakal dalam Islam, kalimat itu merupakan bagian dari akhlakul kharimah aeorang muslim.

Terlebih bagi seorang kepala negara wajib memiliki sifat tersebut. Karena doa, harapan dan ikhtiar yang dilakukan untuk rakyat dan negara. Dilakukan atas daaar kepribadian seorang pemimpin yang bertakwa dan bertawakal. Ketika membuat solusi dengan kebijakan sesuai aturan Allah, niscaya harapan itu akan terwujud. Wabah corona hilang masyarakat pun kembali tenang. Impian pemimpin bertakwa dan bertawakal adalah benar sebagai jalan solusi tangani wabah Corona. Tentunya saat dirinya memenuhi syarat kecapakan seorang pemimpin Islam (Khalifah) di dalamnya.

Saatnya kembali pemimpin umat, sang khalifah yang dirindukan. Dengan sistem Islam yang paripurna membawa kemaslahatan, kesejahteraan dan kemakmuran umat di antero dunia. Seorang yang mampu menegakkan dan melaksanakan hukum Allah sebagai pedoman hidup dalam mengelola negara dan mengurus rakyatnya.
Wallahu a’lam bishawab.

Loading...