oleh

Muslim Arbi: Tentara, Polisi dan Senjatanya Tidak Ada Artinya Buat Rakyat

SUARAMERDEKA – Koordinator GarpU (Gerakkan Perubahan) Muslim Arbi mempertanyakan maksud pengerahan pasukan dan persenjataan Polisi dan TNI di kawasan Monas Jakarta Pusat. Jika pengerahan pasukan beserta persenjataannya tersebutberkaitan dengan acara reuni 212, maka hal ini sangat disayangkan sekali

Demikian dikatakan Muslim Arbi saat dihubungi suaramerdeka.id melalui pesan WA, Jumat (30/11/2018).  Menjelang aksi Reuni Akbar 212 yang rencananya akan digelar di Monumen Nasional (Monas), Minggu, 2 Desember 2018, Koordinator GarpU ini mengaku bingung. Pasalnya, tentara, polisi dan segala senjatanya sudah siap siaga penuh dalam mengantisipasi acara Reuni Akbar 212.

Muslim Arbi merasa heran dengan jumlah personil yang mengamankan acara tersebut. Ditambah lagi dengan jenis persenjataan yang ada. Muslim menilai, kehebohan ini akan memberikan kesan bahwa rakyat yang hadir akan melakukan tindakan yang membahayakan keamanan negara. Lagipula, tentara dan polisi adalah sahabat rakyat, jadi rakyat tidak pernah takut dengan mereka.

Baca Juga :  Memahami Visi Indonesia, Ir. H. Joko Widodo 2019-2024 (Bagian 8)
“Tentara, polisi, dan segala senjatanya tidak ada artinya dihadapan rakyat. Tank Tentara pun sudah terparkir di sepanjang Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat,” ujar Muslim Arbi.

Lanjut Muslim Arbi, reuni 212 ini bukan yang pertama kali dan tahun ini adalah tahun ke tiga Aksi Reuni Akbar 212 digelar. Dari pengalaman yang sudah-sudah, tidak ada kabar terjadi kerusuhan atau pengerusakan di lokasi aksi tersebut.

Umat Islam di Indonesia menyambut dengan suka cita, bahkan ada yang rela berjalan kaki ratusan kilometer untuk menghadiri acara yang fenomenal ini. Mereka tidak datang ke reuni 212 untuk membuat rusuh, apalagi makar. Jadi pengerahan personil dengan persenjataan lengkap tersebut dinilai Muslim Arbi sangat berlebihan.

Baca Juga :  Antara Khilafah, Panatagama dan Panatanagari

“Memang ada pihak lain yang merasa terganggu, merasa seolah-olah Reuni 212 akan memecah belah bangsa. Adapula yang menganggap Khilafah akan bangkit dan akan menggantikan Pancasila sebagai Dasar Negara. Atas dasar itu, ada pihak-pihak yang ingin menggagalkan acara ini. Atau menginginkan acara tetap berlangsung tetapi dihadiri dengan jumlah massa yang sedikit,” kata Koordinator GarpU.

Justru itulah yang seharusnya menurut Muslim Arbi harus diantisipasi dengan baik oleh pihak keamanan. Namun tidak perlu sampai mengerahkan pasukan seolah-olah negara dalam keadaan genting. Karenanya, ia meminta DPR untuk mencari jawabannya.

“Untuk mendesak Komisi I memanggil Panglima TNI, juga Komisi III panggil Kapolri, jelaskan kepada Rakyat. Apa maksud dari pengerahan pasukan dan persenjataannya?,” tutup Muslim Arbi. (NVD/DDR)

Loading...