oleh

Badan Pengkaderan Nasional GPI Menggelar Kaderisasi Model

SUARAMERDEKA – Badan Pengkaderan Nasional Gerakan Pemuda Islam (GPI) menggelar Kaderisasi Model dengan tema “Membentuk Kader Gerakan Pemuda Islam Yang Agamis, Kritis dan Militan”. Pengkaderan ini dilakukan selama 2 hari, Sabtu – Minggu, 16 – 17 Februari 2019 di Masjid Istiqomah PTDI (Perguruan Tinggi Dakwah Islam), Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Menurut Ketua Bidang Dakwah PP GPI Muhammad Tafsir, Pengkaderan GPI bertujuan untuk membangun generasi muda Islam yang memiliki kekuatan ilmu dan amal. Dengan pengkaderan ini, diharapkan akan menghasilkan calon-calon pemimpin yang memiliki visi perubahan. Karena perubahan akan terjadi jika para pemuda memiliki kemampuan berpikir rasional. Sehingga muncul perubahan, maka pemuda Islam harus memiliki sikap yang tegas dalam menyikapinya.

“Tujuan utama adalah izzul Islam wal muslimin. Yang artinya Islam itu harus mempunyai kekuatan. Kekuatan fisik, kekuatan ilmu atau rukhiah nya dan kekuatan daya fikir. Kekuatan ini akan menghasilkan kader-kader yang militan,” kata Muhammad Tafsir, Sabtu (16/2/2019).

Lanjut Tafsir, dengan terciptanya kader militan, pemuda Islam menjadi kritis terhadap kondisi negara. Mampu dengan cepat mensikapi sekaligus memberikan solusi yang terbaik untuk berkontribusi secara nyata kepada negara.

“Kritis terhadap kebijakan sebuah negara. Mereka akan mengkritik ketika terjadi disintegrasi bangsa, disintegrasi moral bangsa. Seperti maraknya korupsi. Sehingga mereka mampu memberikan masukan kepada negara. Dan negara bisa mengadakan perbaikan terhadap masukan tersebut,” jelas Kabid Dakwah PP GPI.

Baca Juga :  Sukmawati, Potret Sosial-Politik dan Hukum Kita, Opini Tony Rosyid

Sementara itu Senior GPI yang menjadi Pengasuh PTDI, KH. Sayid Hamidan Lc mengapresiasi kaderisasi GPI ini. Ia merasa senang anak muda yang di masa sekarang ini masih ada yang mau jadi pagar agama. Dalam sambutannya, ia memaparkan kekhawatiran Nabi Muhammad SAW akan kondisi umat Islam di suatu jaman.

“Karena saat ini ada tanda-tanda yang menakutkan. Bahwa umat Islam saat ini seperti buih yang mengambang. Artinya, sebanyak apapun jumlahnya, tetap tidak berarti. Ini adalah masa yang sangat dikhawatirkan oleh Rosulullah SAW,” tutur KH. Sayid Hamidan Lc.

Ia melihat, saat ini apa yang diperjuangkan oleh umat Islam sangat mudah ditepis. Karena buih sangat mudah goyang bahkan hilang. Karena itu diperlukan perumusan ideologi yang kuat, sehingga tidak mudah tergoyahkan. Itulah kenapa penting bagi anak muda untuk melakukan pendalaman ilmu di segala bidang.

Menurutnya, dalam dunia praktis, pemuda Islam ini juga diingatkan untuk tidak mudah tergoda. Karena bagaimanapun juga sifat dasar manusia itu mudah tergoda. Sejak jaman nabi Adam AS. Karena yang namanya godaan, tidak akan pernah berhenti.

Baca Juga :  GPI Jakarta Meminta Kepada Jokowi Agar Terfokus Ke Pemulihan Ekonomi

“Untuk itu pemuda Islam harus berpegang pada nilai-nilai kebenaran. Yang mengacu pada platform agama Islam. Anda hari ini sebagai pemuda Islam bergabung dalam suatu komunitas. Dengan berkumpul bersama dan memiliki ideologi yang mengacu pada ajaran Islam. Maka InsyaAllah akan menjadi kekuatan yang luar biasa,” tegas Pengasuh PTDI ini.

Sementara itu Sekertaris Jenderal GPI, Diko Nugraha menjelaskan, pelatihan model organisasi nasional adalah sebuah percontohan untuk formasi kader terbaru. Peserta dalam kaderisasi ini sekitar 30 orang dari berbagai kalangan mahasiswa dan aktivis masjid.

“Tujuan dari kaderisasi ini adalah membentuk kader yang militan, cerdas, tanggap, mampu melakukan pengorganisiran di berbagai bidang. Karena the good leader is the good young leader. Pemimpin yang baik adalah pemuda yang baik,” kata Diko Nugraha.

Sebagai pemuda Islam yang tergabung dalam organisasi kepemudaan Islam, tentu saja kader yang tercipta harus mencerminkan perilaku Islami. Namun Diko juga mengingatkan bahwa setiap pemuda Islam harus juga memahami banyak hal.

Diharapkan dalam sistem pengkaderan model nasional ini, memiliki output sebagai seorang manusia Islam yang faham. Faham dengan iman, logika, ilmu pengetahuan dan faham dengan realitas. Dimana manusia itu bisa menyempurnakan amal perilakunya yang diorientasikan pada skema perjuangan. (AMN)

Loading...