oleh

Panglima FSI: Neno Warisman Lebih Sesat Dari Ahok dan Rocky Gerung

SUARAMERDEKA – Panglima Forum Syuhada Indonesia (FSI) Diko Nugraha mengecam keras puisi Neno Warisman yang dibacakan di acara Munajat 212, Kamis (21/2/2019). Dalam puisi tersebut, terdapat bait yang dianggap menyesatkan umat karena menistakan agama.

Menyikapi pro kontra puisi Neno Warisman di dalam munajat 212, Diko Nugraha mengingatkan tujuan acara yang digelar Front Pembela Islam (FPI) di kawasan Monas itu. Mereka mengajak umat untuk melakukan munajat. Menurut Diko, sesungguhnya munajat itu adalah muasabah secara berjamaah. Meminta ampunan secara berjamaah, meminta keridhoan kepada Allah SWT.

“Namun saya menyayangkan terhadap saudari Neno Warisman. Sebagai wanita muslimah, ia kebablasan dalam membacakan puisi. Bahwa puisi yang bertujuannya munajat meminta ridho kepada Allah, tapi malah menjadi sebuah kedholiman. Karena disitu, puisi meminta menjadi menentang Allah,” kata Diko, Selasa malam (26/2/2019) di Menteng Raya 58 Jakarta Pusat.

Lanjut Diko Nugraha, FSI menilai bahwa kata-kata redaksi bunyi puisi itu sangat tidak pantas didengarkan oleh umat. Ada tiga hal yang membuat FSI merasa tersinggung karena melanggar esensi ketuhanan. FSI melihat, puisi Neno melawan tiga prinsip utama dalam Islam.

“Pertama, ini menyinggung esensi dari ketuhanan itu, yang dalam ajaran Islam disebut ilmu Tauhid. Dalam ketauhidan, segala sesuatu yang ditetapkan Allah adalah hal yang mutlak. Kedua, soal ada nada ancaman. Meminta secara paksa terhadap kehendak Tuhan. Allah tidak bisa diintervensi atau diancam oleh siapapun dan apapun. Karena semua itu hambaNya. Kita sebagai umat, itu seharusnya mawas diri, bertawakkal, ikhlas dan ridho menerima apa yang telah ditetapkan,” jelas Diko.

Baca Juga :  GPI Seluruh Indonesia Akan Aksi Turun Jalan Untuk Mengawal Kedaulatan Rakyat

Lanjut Diko, yang ketiga adalah mensyukuri. Sebagai umat manusia, wajib hukumnya mensyukuri kenikmatan yang telah diberikan kepada kita. Kenikmatan sehat, iman, bernegara, bermasyarakat dan nikmatnya beragama dan beribadah.

“Neno Warisman disini sudah menabrak tiga prinsip utama dalam kaidah keislaman. Soal potongan bunyi bait puisi yang mengatakan “Ya Allah menangkan kami, jika Kau tidak menangkan, kami khawatir ya Allah, tidak akan ada lagi yang menyembahMu”. Penggalan puisi ini bagi kami, sangat meresahkan umat di bawah. Karena ini bisa dikategorikan sebagai penistaan. Sama dengan halnya Ahok, sama dengan halnya Rocky Gerung, seperti alkitab adalah fiksi,” tegas Diko.

Panglima FSI ini meminta dengan hormat kepada Neno Warisman untuk meminta maaf kepada khalayak umat muslim sedunia. Minimal Neno mendatangi MUI dan melakukan taubat. Ia juga meminta pihak berwajib untuk segera bertindak.

“Saya minta kepada MUI, kepada pihak berwajib untuk melakukan penindakan. Karena kalau hal-hal seperti puisi ini, yang kebablasan seperti Sukmawati. Ini adalah sama. Senandung lebih indah daripada adzan. Sama. Ya Allah menangkan kami, jika Kau tidak menangkan, kami khawatir ya Allah, tidak akan ada lagi yang menyembahMu,” ujar Diko.

Panglima FSI ini menegaskan, sesungguhnya Allah tidak butuh iman manusia. Tidak butuh iman hambaNya, karena manusia lah yang butuh beriman kepadaNya. Jadi puisi Neno dinilai melakukan ajakan penyesatan secara berjamaah.

Baca Juga :  Relawan Jokowi Sebut Penanganan Covid-19 Anggaran Besar Hasil Tak Jelas

FSI menghimbau kepada panitia Munajat 212 agar mengembalikan nilai-nilai sesuai dengan esensinya. Bahwa munajat adalah bertaubat meminta ampunan seminta ridho, meminta penghapusan dosa dan meminta sesuatu yang maslahat.

“Neno dalam konteks ini sudah keluar dari koridor munajat itu sendiri. Saya menghimbau kepada MUI, kepada aparatur, negara agar ditindaklanjuti. Agar tidak terjadi penyesatan ditengah-tengah umat,” kata penggagas “Tauhid Yes Politik No” ini.

FSI juga menyayangkan munajat 212 tersebut terafiliasi oleh kepentingan politik. Tergiringnya agama ke dalam politik ini juga sangat mengganggu hati nurani FSI. Karena menurut Diko, umat dengan ikhlas, ridho dan sukarela mendatangi acara doa bersama. Namun acara tersebut dikotori oleh tokoh-tokoh elit politik yang melakukan kampanye terbuka.

Panglima FSI meminta Neno harus segera meminta maaf dan bertaubat. FSI juga meminta pihak panitia harus minta maaf. Kepada pihak berwwajib, FIS meminta agar Neno dan panitia Munajat 212 segera ditindak. Diko menjelaskan, banyak sekali nilai seni menjadi kebablasan dan akhirnya mengarah ke penistaan agama.

“Ahok, Rocky Gerung, ini sama. Kebablasan-kebablasan ini sama. Justru Neno ini lebih berat daripada Ahok dan Rocky Gerung. Mereka non muslim. Justru Neno sebagai seorang muslimah, dia menjadi panutan, dia menjadi tauladan. Tapi menjadi tauladan yang sesat. Ini sangat disayangkan. Forum Syuhada Indonesia, dia akan lurus tegak. Dia akan melawan siapapun penista agama. Tauhid Yes, Politik No,” tutup Diko Nugraha. (OSY)  

Loading...