oleh

Aktivis Sesalkan Tindakan Represif Oknum Polisi di Markas GPI

SUARAMERDEKA.ID – Aktivis Jalih mengecam tindakan represif yang dilakukan oknum aparat kepolisian, sebelum dan saat melakukan penyisiran ke Markas GPI (Gerakan Pemda Islam) di jalan Meneteng Raya 58 Jakarta Pusat, Selasa (13/10/2020) malam lalu. Ia mengaku, istrinya bahkan menjadi korban tembakan gas airmata yang dilepaskan oleh oknum aparat kepolisian di kawasan Menteng Raya.

Ketua Koperasi Syariah Adil Makmur (Kopsyam) ini menceritakan, pada selasa (13/10/2020), ia bersama istri dan anaknya makan malam di sebuah rumah makan yang ada di samping Tugu Tani Jakarta Pusat. Usai makan, ia memesan 25 bungkus untuk dibagikan kepada rekan-rekan aktivis di markas GPI.

“Sebagai sesama aktivis, saya simpati Markas GPI dijadikan Posko Kesehatan dan Evakuasi massa aksi unjuk rasa Omnibus Law. Aksi kemanusiaan tersebut harus diapresiasi,” kata Jalih di kantornya di Jakarta Utara, Rabu (14/10/2020) malam.

Baca Juga :  GPI Siapkan Masjid Al Fataa Untuk Sholat Berjamaah dan Jumat

Lanjutnya, sekitar pukul 19.30 WIB ia memarkir mobilnya di seberang jalan Menteng Raya 58. Bersama istrinya, ia turun dan mengantarkan nasi bungkus ke rekan sesama aktivis yang ada di Markas GPI.

Sekitar pukul 20.00 WIB, ia pamit pulang. Saat hendak menyeberang jalan menuju ke mobilnya, tiba-tiba, menurutJalih, sekelompok oknum aparat kepolisian berbaju hitam-hitam membawa tembakan gas air mata datang dari arah Tugu Tani menuju ke arah Menteng Raya 58.

“Merreka mengarahkan tembakan kepada saya yang saat itu saya berada tepat di gerbang Markas GPI. Saya dan istri berlari masuk ke mobil yang berada di jalan raya. Istri saya celananya tertembak gas air mata. Mobil saya juga ikut terkena di bagian belakang. Demi keselamatan saya dan kelarga, saya pun cepat-cepat pergi,” ujar Jalih.

Baca Juga :  Jokowi Diapresiasi Atas Kontribusi Indonesia Pada Kebakaran Hutan di Australia

Ketua Kopsyam ini menuturkan, saat ia mengantarkan nasi bungkus, tidak ada satu pun massa aksi unjuk rasa yang ada. Ia mengaku di lokasi tersebut yang ada hanya beberapa teman aktivis.

Jalih mengaku sangat menyesalkan saat mendengar kabar tak berselang lama setelah ia meninggalkan Menteng Raya 58, terjadi tindakan represif saat oknum aparat kepolisian menyisir Markas GPI.

“Dan salah satunya Ketum PP GPI Diko Nugraha. Saya sangat menyesalkan tindakan aparat kepolisian semena-mena serta menyerang membabi buta kepada masyarakat yang tidak terlibat aksi unjuk rasa,” tegasnya.

Ia berharap, pihak kepolisian memberikan klarifikasi atas dugaan tindakan represif di Menteng Raya 58.

“Paling tidak ada penjelasan dari kepolisian setempat. Sebenarnya ada apa?” tutup Jalih. (ANW)

Loading...