SUARAMERDEKA.ID – Ketua Umum Persatuan Pemuda Mahasiswa Minang (PPMM) David menyayangkan keberadaan Hotel Balairung di kawasan Matraman Jakarta Timur yang tak kunjung memberikan keuntungan bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera barat (Sumbar) selaku investor utama. Menurutnya, salah satu solusi untuk meningkatkan okupansi adalah mengentalkan sentuhan Minangkabau.
David menjelaskan, hotel di Jakarta yang menjadi kebanggaan orang Minang ini dibangun pada tahun 2007. Tujuan didirikan Hotel Balairung ini untuk menjadi ikon Sumatera Barat di ibu kota Indonesia. Dibangun dengan dana APBD Provinsi Sumbar sebesat 160 miliar dan dikelola dalam bentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) melalui PT Balairung Citrajaya Sumbar.
Sejak beroperasi tahun 2013 dibawah pimpinan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno sampai saat ini, hotel ini tak kunjung memberikan deviden untuk Pemprov Sumbar. Sejumlah masalah disebut menjadi penyebab hotel ini kerap merugi. Manajemen hotel dengan atap rumah gadang ini bahkan disebut beberapakali lalai membayar kewajiban pajak.
Apa yang salah dalam pengelolaan hotel Balairung ini? Menurut hemat kami, mulai dari kebijakan dan sistem pengelolaannya harus dievaluasi secara menyeluruh. Sehingga mengetahui permasalahan pada hotel kebanggaan orang Minang ini. Serta harus ada yang bertanggung jawab dalam permasalahan tersebut,” kata David melalui sambungan selular, Sabtu (31/10/2020) malam.
Selain menyelesaikan masalah manajerial, lanjut David, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan okupansi hotel tersebut. Ia pun menyebut perlunya sentuhan budaya Minang agar hotel tersebut mempunyai ciri khas dibanding hotel lain yang ada di Jakarta.
“Harus sering diadakan kegiatan budaya Minang untuk menarik orang-orang menginap. Hotel Balairung butuh sentuhan Pemuda Mahasiswa Minang,” ujar David.
Ketua Umum PPMM ini juga menekankan perlunya menjadikan hotel tersebut menjadi kebanggaan orang Minang yang ada di rantau. Menjadikan hotel tersebut sebagai sentra berkumpulnya pemuda pemudi Minang juga perlu dilakukan.
“Hotel Balairung adalah salah satu wadah untuk pemuda pemudi Minang yang di rantau untuk berkumpul dalam menggali budaya yang saat ini sedang dehidrasi dalam berbudaya. Akan tetapi selama ini, hotel itu masih terasa asing oleh pemuda pemudi Minangkabau yang ada di rantau,” ujar David.
Ia merasa, sudah saatnya Pemprov Sumbar memberi ruang untuk pemuda-pemudi Minang untuk membangun jati diri di rantau. Agar keberadaan mereka di tanah rantau memberikan dampak positif dan mampu menjaga nama baik orang Minang.
“Balairung harus menjadi pusat studi dan kajian pemuda dan mahasiswa Minang dalam memajukan Sumatera Barat. Juga memberikan buah pikiran yang kongkrit untuk bangsa ini. Seperti pemikiran Bung Hatta, Sutan Syahrir dan KH Agus Salim,” imbuhnya.
Dengan memberikan sentuhan kental budaya Minang, David meyakini tingkat okupansi hotel tersebut akan meningkat. Selain itu, budaya Minang pun dapat tetap terjaga.
“Saya yakin. Dengan dibukanya pintu Hotel Balairung selebar-lebarnya untuk kegiatan pemuda mahasiswa Minang, akan menghadirkan nuansa berbeda dalam menjaga dan melestarikan budaya Minangkabau. Sesuai cita-cita berdirinya Hotel Balairung,” tutup David. (OSY)