oleh

Negara Jangan Alihkan Opini Soal Rasisme. Opini Natalius Pigai

Negara Jangan Alihkan Opini Soal Rasisme. Oleh: Natalius Pigai, Aktivis Kemanusian.

Masalah di Papua adalah soal Rasialisme dan Papua Phobia. Tidak boleh kaitkan atau lari dari masalah utama ini. Negara jangan pernah menggiring opini bahwa Orang Papua Makar dan separatis, perusuh. Kata-kata rasialisme (kata-kata monyet dan gorila) telah mencederai perasaan satu bangsa besar yaitu kulit hitam di Melanesia bahkan dunia.

Sebagai orang yang mengikuti, menanami dan melihat semua soal di Papua, sudah mulai memahami perasaan rakyat bahwa
“Jika negara gagal selesaikan soal rasisme maka rakyat Papua akan mempertegas pemisahan (segregasi) ras antara Negro Melanesia dan Melayu”. Kita bisa melihat perlawanan rakyat saat ini tidak bergeser antara orang Papua dan bukan Papua.

Baca Juga :  Buzzer Menggonggong, Kakak Pembina Berlalu

Kebijakan negara alihkan isu dari rasisme ke politik, pemblokiran internet dan juga terbungkamnya media dari pemberitaan tentang rasisme telah memberi kontribusi besar terhadap meningkatnya ekskalasi perlawanan. Peristiwa di Wamena dan Jayapura telah terbukti bahwa negara nihil ide dan intuisi intelijen menyelesaikan soal riil. Kecuali kalau negara mendesain agar konflik di papua tetap lestari.

Negara ( DPR RI, Presiden, Komnas HAM) dan semua lembaga negara yang kompeten tidak boleh menghindari tanggung jawabnya untuk mengusut tuntas atas kematian lebih dari 20 orang dan 64 orang yang luka termasuk 4 orang di Papua atau bahkan lebih dari 45 orang Papua yang meninggal terbunuh karena agresi dan penggunaan kekuatan secara eksesif (eksesif use of power) oleh aparat yang di pimpin Menkopolhukam sejak 19 Agustus 2019 dalam kurun waktu rakyat papua menentang rasisme.

Baca Juga :  Dituding Makar, Papua Gelar Aksi Solidaritas Peduli Keadilan Bagi Monyet

Sangat tidak masuk akal rakyat korban rasisme ditangkap, dianiaya, diteror dan dibunuh di tangan negara dan pelaku rasialisme dilindungi. Orang Papua memandang bahwa pelaku rasisme dan penguasa memilih pertalian darah sehingga aktor rasis justru negara yang bertindak seperti monster leviadhan (state rasism).

Sangat ironis dikala negara lain, perang melawan rasialisme, zenophobia, anti semit adalah perang tanpa batas (infinity war).

Loading...