oleh

Ohoi, Kivlan Zen Mau Makar? Sebuah Opini Dimas Huda

Ohoi … Kivlan Zen Mau Makar? Oleh: Dimas Huda, Pemerhati Politik.

“Dia adalah orang yang berani dan rela mati untuk Merah Putih, untuk Indonesia.”

Begitu pernyataan Hendropriyono tentang Mayjen (Purn) Kivlan Zen dalam sebuah acara Indonesia Lawyers Club atau ILC yang ditayangkan TV One sekitar dua tahun silam. Kala itu, kedua tokoh ini sama-sama hadir dalam acara “milik” Karni Ilyas tersebut. Tema yang dibahas tentang “bangkitnya komunis” kembali.

Soal tema yang dibahas ILC itu bukan untuk dibahas dalam tulisan ini. Kini yang lagi menjadi perhatian adalah adanya panen laporan makar yang dituduhkan sejumlah pihak, lalu dilaporkan ke kepolisian. Kivlan menjadi salah satu tokoh yang dibidik.

Kembali ke soal Hendro dan Kivlan. Keduanya adalah sama-sama tentara. Bedanya, Hendro mengakhiri karir dengan bintang empat, jenderal kehormatan. Sedangkan Kivlan menyandang bintang dua, mayor jenderal. Selama berkarir di TNI, keduanya memiliki hubungan baik. Setidaknya begitu kesan yang Penulis tangkap ketika pada tahun 2004, keduanya bertemu. Kivlan datang ke Markas Badan Intelijen Negara atau BIN menemui Hendro, yang kala itu menjabat Kepala BIN.

“Allahuakbar,” pekik Kivlan, begitu menyaksikan Hendro berdiri dari kursinya, sesaat setelah pintu ruang kerja Hendro terbuka. Pekik Kivlan itu disambut Hendro dengan ucapan yang sama, “Allahuakbar.” Selanjutnya, kedua tokoh ini membuat salam komando lalu cipika cipiki. Itu terjadi 14 tahun lalu, saat menjelang Pilpres 2004.

Soal apa yang mereka bahas, jelas menjadi rahasia mereka berdua. Pastinya, pada Pilpres 2004 itu sang petahana, Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi, kalah. Hendro ada di belakang Mega. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla pemenangnya.

Usai berjumpa Hendro, Kivlan Zen juga bertemu Muchdi Pr yang kala itu menjabat Direktur V Badan Intelijen Negara (BIN). Kivlan dan Muchdi adalah karib. Dua-duanya punya kedekatan khusus dengan Prabowo.

Kini, tiga tokoh ini memainkan perannya masing-masing di dunia politik. Hendro dan Muchdi berada dalam barisan Jokowi-Ma’ruf Amin, sedangkan Kivlan berada pada kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno. Mereka terkesan bermusuhan. Pernyataan-pernyataan tajam dari mulut Hendro maupun Kivlan sering berhamburan.

Kivlan Zen adalah seorang aktivis sejak muda. Itu sebabnya, begitu mendapati banyak masalah tentang pemilu 2019, Kivlan seperti mendapatkan tempat untuk berjuang. Jiwa aktivisnya yang terpupuk sejak muda, kembali meronta, menyaksikan Pemilu yang curang.

Baca Juga :  Relawan Jokowi Ungkap Nama Kader Partai Yang Jadi Orang Penting di BUMN  

Kader Pelajar Islam Indonesia

Kini Kivlan adalah anggota Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII). Dia berada di situ lantaran semasa pelajar yakni pada 1962, ia adalah anggota PII. Pria yang lahir di Langsa, Aceh, pada 24 Desember 1946, ini masa kecilnya dihabiskan di Medan, Sumatera Utara. Keluarganya, merupakan perantau dari tanah Minangkabau.

Ia mengenyam pendidikan dasar di SDN 43 Medan. Lalu melanjutkan ke SMP Taman Siswa Medan dan SMA Negeri 2 Medan. Masuk ke jenjang yang lebih tinggi, dia memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran di Universitas Islam Sumatera Utara. Di sini Kivlan mulai akrab dengan dunia organisasi.

Pada tahun 1965, ia aktif sebagai Sekretaris Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Medan sekaligus Ketua Departemen Penerangan KAMI Medan. Ia juga tercatat aktif di Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).

Kivlan Zen kemudian memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah lantas masuk Akademi Militer (Akmil) Magelang. Lulus pendidikan pada 1971, Kivlan aktif di kesatuan Infanteri, Kostrad, Angkatan Darat.

Di usianya yang masih terbilang muda, yakni 27 tahun, ia sudah menjabat Komandan Peleton. Di posisi itu, ia beberapa kali berhasil memimpin misi untuk menumpas pemberontak dan penyandera.

Berikutnya, dia dipercaya untuk duduk di sejumlah posisi strategis kemiliteran. Antara lain, Danton Akabri Darat, Danden Banmin Brigif Linud-18, Danuonif-303 Brigif-13/Kostrad hingga Kaskostrad (Kepala Staf Kostrad).

Negosiator Penting

Perjalanan karier Kivlan Zen terbilang cemerlang. Dia berhasil menumpas sempalan Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1974, lalu bertugas di tanah Timor Timur (kini Timor Leste). Lantaran itu, dia kembali diganjar kenaikan pangkat.

Dengan pangkat Kolonel, Kivlan menduduki jabatan Kepala Staf Brigade Infanteri Linud 1/Cilodong/Kostrad (Kasdivif I Kostrad) pada tahun 1990. Selanjutnya dengan pangkat Brigadir Jenderal, dia menjabat Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana.

Kariernya moncer hingga didapuk menjadi Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad dengan pangkat Mayor Jenderal. Terakhir, dia duduk sebagai Kepala Staf Kostrad pada 1998. Letjen Prabowo Subianto menjadi atasannya sebagai Panglima Kostrad saat itu.

Gonjang-ganjing kerusuhan 1998 membawa Kivlan dan Prabowo masuk ke dalam pusaran badai politik nasional. Prabowo kemudian diberhentikan dari dinas militer, sementara Kivlan, dimutasi ke Mabes AD. Tak lama setelah itu, Kivlan mengambil pensiun dengan pangkat terakhir sebagai Mayor Jenderal.

Kivlan memang bukan orang sembarangan. Dalam 20 jabatannya di militer, sebagian besar ia berada di posisi komando tempur. Lebih dari itu, Kivlan juga dikenal sebagai negosiator penting. Pada 2016, Kivlan Zein juga turut serta membebaskan Warga Negara Indonesia (WNI) dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

Baca Juga :  Kepentingan Nasional? Ah, yang Benar Saja, Sebuah Opini Dimas Huda

“Pak Kivlan Zen kan pernah bertugas di Filipina, misi perdamaian keamanan. Dia kenal dengan Nur Misuari,” ujar Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengakui jasa Kivlan dalam membebaskan empat sandera WNI. Nur Misuari adalah mantan petinggi MNLF. Misuari dikenal dekat dengan Abu Sayyaf dan kelompoknya. Kivlan tidak mengenal Abu Sayyaf, “Tapi Nur dan Abu Sayyaf kan kenal,” jelas Ryamizard.

Saat berpangkat kolonel (1990), Kivlan memimpin Kontingen Garuda XVII. Pasukan itu kemudian berperan menjadi pengawas gencatan senjata antara MNLF dengan Pemerintah Filipina. Saat itulah Kivlan bersahabat dengan Misuari. Melalui Misuari pun Kivlan bernegosiasi dengan Abu Sayyaf untuk membebaskan para WNI yang jadi sandera.

Pendukung Prabowo

Pada Pilpres 2014, saat Prabowo maju menjadi calon presiden, Kivlan tampil mendukung. Dia dikenal sebagai sosok yang tak segan melempar kritik pedas ke arah pemerintah. Sebagai pendukung oposisi, Kivlan sudah tahu risiko yang bakal dipikulnya.

Jelang akhir tahun 2016, dia ditangkap dan diperiksa lantaran dituduh bakal melakukan gerakan makar. Kivlan ditangkap bersama beberapa tokoh lain, seperti Habib Rizieq Shihab, Tommy Suharto, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Rachmawati Soekarnoputri, Munarman dan Said Iqbal. Serta nama lain seperti, Bachtiar Nasir, Sri Bintang Pamungkas, Eggi Sudjana, Habiburochman, Muchsin Alatas dan Firza Husein.

Tidak cukup bukti dan berlaku kooperatif, membuat Kivlan dilepas beberapa hari berikutnya.

Kini, Kivlan Zen kembali dilaporkan ke Bareskrim Polri atas dugaan penyebaran berita bohong dan makar, Selasa, 7 Mei 2019. Lalu, pada 10 Mei 2019, pihak kepolisian melakukan pencekalan terhadap dirinya. Polisi juga memberikan surat pemanggilan terhadap Kivlan terkait kasus dugaan makar dan penyebaran berita bohong.

Sehari kemudian status cekal Kivlan dicabut. Permohonan pencabutan pencekalan lewat surat bernomor B/ 3248 a -RES 1.1.2/V/2019/BARESKRIM. Surat itu ditandatangani Wakil Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Kombes Agus Nugroho atas nama Kepala Bareskrim pada 11 Mei.

Kivlan jelas menolak tuduhan makar itu. Selanjutnya, ia pun melaporkan balik pelapor dirinya. Rupanya Kivlan masih yakin bahwa polisi akan bertindak proporsional, kendati publik sudah pesimistis tentang langkah Kivlan itu.

Loading...