oleh

Persidangan MK Etalase Pertarungan Kejujuran dan Kecurangan

Persidangan MK Etalase Pertarungan Kejujuran dan Kecurangan. Oleh: Prihandoyo Kuswanto,  Ketua Rumah Pancasila.

Bangsa ini dari dulu kala sudah mempunyai nilai-nilai kehidupan yang menjadi pegangan hidup, di dalam budaya Jawa istilah bejatnya moral jika seseorang melakukan “Molimo” atau lima M. Yaitu, Madon (main perempuan) Main (berjudi) Madat (narkoba ,candu) Minum (mabuk-mabukan) dan Maling (mencuri). Cara hidup seperti ini menghalalkan kecurangan.

Kecurangan adalah bagian dari Molimo, pengakuan Hairul Anas dalam persidangan.

Salah seorang saksi yang dihadirkan Tim Hukum BPN Prabowo-Sandi, Hairul Anas mengungkap adanya indikasi tidak netralnya aparat dalam Pilpres 2019. Ketidak netralan aparat adalah bentuk kecurangan.

Menurut Hairul, hal itu disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menjadi pembicara dalam pelatihan saksi Jokowi-Maruf di Hotel El Royale Jakarta pada Februari lalu. “Pak Gubernur Jateng saat itu menunjukkan data statistik, bahwa untuk memenangkan (Jokowi-Maruf), aparat sebaiknya tidak netral,” ujar Hairul di hadapan Majelis Hakim. “Beberapa kali disampaikan, ‘kalau tidak netral buat apa’,” imbuhnya menirukan yang disampaikan Ganjar.

Menurut Hairul, maksud netral dalam pernyataan Ganjar itu adalah bahwa pasangan Jokowi-Maruf mendapat sokongan dari aparat. “Jadi ya kalau diartikan semacam, kita sudah di-back up aparat, ya harus confident. Kita harus maju,” jelasnya.

Baca Juga :  Ketua DPRD Tolikara Diduga Terlibat Pasok Senjata di Papua

Sebelumnya, Hairul yang juga Caleg Partai Bulan Bintang (PBB) itu juga mengungkap adanya materi bertemakan ‘Kecurangan Bagian Dari Demokrasi’ dalam pelatihan itu. Menurut Hairul, materi itu disampaikan oleh Wakil Ketua TKN Jokowi-Maruf, Moeldoko pada pelatihan yang sama.

Pernyataan ini disikapi oleh PBB dan YIM sebagai pengkhianatan. YIM justru menuduh pernyataan Hairrul Anas sebagai pengkhianat, tanpa disadari justru memperkuat pernyataan Hairul Anas memang terjadi.

Kecurangan bagian dari demokrasi sesunggunya yang terjadi di Makamah Konstitusi adalah pertarung yang Haq dan Yang Batil. Doktrin yang dilakukan oleh 01 yang di ungkap oleh Hairrul Anas adalah menggunakan kecurangan sebagai strategi memenangkan pilpres.

Politik dengan demokrasi liberal ternyata telah mendidik bangsa ini berbuat curang. Padahal bangsa ini dengan falsafah Pancasila menjunjung tinggi kejujuran.

Baca Juga :  Din Syamsuddin Sesalkan Ada Upaya Intimidasi Jelang Deklarasi KAMI

Kejujuran adalah modal untuk mencapai kemakmuran sebuah bangsa. Semakin rendah tingkat kejujuran maka berbanding lurus dengan keadaan sebuah bangsa semakin tidak makmur dan kekacauan.

Para peneliti menemukan bahwa tingkat kejujuran seseorang berbeda di setiap negara. Warga Inggris dan Jepang mencatatkan poin tertinggi dalam hal kejujuran, sedangkan Cina dan Turki mendapatkan nilai terendah.

Jadi kemakmuran di Denmark disebabkan rakyatnya menjunjung kejujuran sehingga hampir tidak ada korupsi. Orang sakit tidak perlu dengan dokumen yang njlimet, sebab semua jujur.

Bagaimana dengan negara kita ini kecurangan sedang di papar di etalase Makamah Konstitusi. Rakyat semua bisa merasakan mana yang jujur dan mana yang curang. Jika memilih pemimpin dengan kecurangan maka jangan harap peradaban bangsa ini akan beradap.

Rupanya keputusan Majelis hakim MK tidak sekedar soal menang dan kalah, tetapi justru yang lebih penting adalah apakah kejujuran memenangkan pertarungan ini? Jika salah memutuskan maka negeri ini siap -siap akan terpuruk dan kesengsaraan akan melanda masa depan bangsa.

Loading...