oleh

PKS Minta Pemerintah Aktif Dukung Produk Inovasi Domestik

SUARAMERDEKA.ID – Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mulyanto meminta Pemerintah aktif menciptakan siklus permintaan untuk menunjang pengembangan produk inovasi domestik hasil karya peneliti dalam negeri. Tanpa peran aktif pemerintah, inovasi canggih karya anak bangsa dengan level internasonal pun tidak akan laku di pasaran.

Menurut Mulyanto, tanpa kebijakan pemerintah, pengembangan produk inovasi akan jalan di tempat. Temuan peneliti hanya akan menjadi koleksi dan penanda pencapaian penelitian tapi tidak bisa menjadi produk yang dapat digunakan masyarakat sehari-hari.

“Saya mendorong Pemerintah membangun sistem yang memungkinkan setiap produk inovasi dalam negeri dapat diterima masyarakat. Karena memang secara kualitas produk inovasi dalam negeri kita tidak kalah dibanding produk negara lain,” kata Mulyanto di Jakarta, Jumat (25/12/2020).

Ia mengingatkan momen Menristek Bambang Brodjonegoro saat acara Bakti Teknologi  di Kampus Universitas Udayana, Bali Rabu 23 Desember 2020 memperkenalkan produk inovasi Covid-19 seperti ventilator, rapid test, serta inovasi yang tidak ditemukan di luar negeri sekalipun. Dia menunjuk contoh GeNose, alat deteksi Covid-19 lewat buangan napas dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Baca Juga :  PKS: Proyek PLTSa Perlu Dikaji Lebih Komprehensif, Tak Cuma Gagah-Gagahan

“Namum sayang, produk ini tidak diterima di pasaran. Konsumen masih lebih percaya pada produk luar yang mempunyai merek,” kata Bambang.

Menurut Bambang, para dokter Indonesia saja masih belum yakin dengan produk inovasi domestik. Meskipun, Bambang pada saat itu menyebut ada alasan lain mengapa karya domestik tidak diminati.

“Dokter masih belum berani menggunakan ventilator buatan dalam negeri karena ragu dengan kualitas produk. Ada juga yang beralasan kebutuhan ventilator sudah cukup melalui pengadaan impor dan lain sebagainya,” tutur Bambang.

Karenanya, menurut Mulyanto, Pemerintah harus mendorong penyerapan produk inovasi domestik ini baik melalui pengadaan pemerintah (government procorument), maupun membangun atmosfer yang kondusif. Sehingga produk inovasi dari para peneliti domestik kita dapat diserap pasar dalam negeri.

Pemerintah juga perlu memikirkan skema insentif bagi para pengguna inovasi domestik agar kapasitas produksi industri dalam negeri meningkat dan terus mampu menghasilkan produk inovasi domestik yang semakin canggih.

“Kalau sisi permintaan tidak tumbuh maka pada sisi penyediaan produk inovasi domestik ini akan mandeg stagnan. Bagaimana mungkin produk inovasi dapat berkembang dengan baik kalau produk itu tidak ada yang beli.

Baca Juga :  Kemenag Aceh Gelar Rapat Persiapan SKD CPNS

Semakin tinggi permintaan maka industri akan semakin dapat belajar dalam menghasilkan produk yang dibutuhkan konsumen dengan kualitas yang semakin baik dan harga yang semakin terjangkau.  Pada prinsipnya, konsumen itu yang membayar “uang sekolah” bagi industri untuk belajar dan tumbuh,” papar Mulyanto.

Mulyanto menambahkan untuk membangun industri domestik yang kuat, Pemerintah perlu mengedukasi masyarakat agar mau membeli produk dalam negeri.

“Budaya cinta produk dalam negeri serta budaya penghargaan atas prestasi para ahli domestik perlu ditumbuhkan dalam masyarakat kita. Jangan sampai masyarakat gandrung dan bangga membeli dan memakai produk impor yang branded. Kita harus membangun budaya membuat bukan sekedar budaya membeli,” kata anggota Komisi VII ini.

Di sisi lain, lanjut Mulyanto, Pemerintah jangan meminta peneliti menjual dan memasarkan produk inovasi mereka sendiri. Beri kesempatan kalangan entrepreneur dan industri untuk memproduksi dan memasarkan produk inovasi yang sesuai dan dibutuhkan oleh konsumen.

“Kasihan kalau peneliti juga harus memasarkan produk riset mereka,” tutur Mulyanto. (OSY)

Loading...