oleh

Setan Gundulnya Bernama Taipan Mafia, Opini Sri Bintang Pamungkas

Republik Indonesia 1440 (3): Setan Gundulnya Bernama Taipan Mafia. Oleh: Sri Bintang Pamungkas, Aktivis.

Siapa pun boleh menyebut apa pun tentang perang-perangan yang sedang terjadi sekarang. Jelas tidak cukup hanya mengatakan Perang Joko-Bowo, atau Perang yang Batil melawan yang Hak, atau Perang Antara yang Salah dan yang Benar. Bahkan boleh juga Perang Antar TNI, atau Perang TNI melawan Polri, atau Perang Islam melawan Komunis, atau Perang antar Umat Beragama, atau Perang Pribumi melawan Non-Pribumi. Semua alasan untuk itu punya sisi Pembenarannya.

Tapi tentu ada yang paling sahih. Khususnya ditinjau dari sisi waktu kejadiannya: Kenapa terjadinya “sekarang”?! Mungkin contoh berikut ini bisa menjadi setitik gambaran untuk dikembangkan menjadi alasan sahih.

Sudah beberapa bulan kami tidak jalan ke Bandung lewat Toll. Kali ini perlu ziarah menjelang Ramadhan. Seperti yang banyak diberitakan orang, tidak lagi Jakarta-Bandung bisa ditempuh dalam 1.5 jam sampai kilometer 120 di pinggir kota Bandung, dengan rata-rata kecepatan 80 km/jam. Kami, seperti sudah berlangsung beberaoa tahun belakangan, menempuhnya kali ini dalam 5 jam. Kemacetan terjadi sampai kilometer 45, Rengas Dengklok, Karawang Barat.

Gara-garanya Tiang-tiang Pancang Raksasa yang dibangun sepanjang Toll ke arah Cikampek sampai Km 45 itu. Kemacetan itu sudah berlangsung selama sekitar 3 tahun. Tentu sebuah kerugian besar bagi para pemakai Toll, selain waktu juga bahan bakar. Seharusnya Jasa Marga membayar kerugian itu.

Kepada siapa Jasa Marga menagih kerugian itu?! Bisa kepada Pemilik Proyek, melalui si Pengembang. Siapa Pemilik Proyek itu?! Proyek apa itu sebenarnya?! Kami tidak tahu pasti. Ternyata tidak cuma kami yang tidak tahu. Banyak pula yang hanya menduga-duga.

Dugaan terbanyak adalah pada Proyek Kereta Cepat Cina. Mungkin saja. Sebab tidak mungkin membangun Toll lain. Untuk apa?! Kereta Cepat Cina itu pun sebetulnya tidak perlu. Kereta Cepat Cina itu sengaja dilewatkan ke Kota Meikarta, yang dibangun Grup Lippo. Persis di sekitar Km 40-an di tengah Kota baru yang disebut Cikarang, antara Bekasi dan Karawang, ada tertulis dengan huruf-huruf besar petunjuk ke arah Kota Meikarta. Tentu pemilik Meikarta pula yang “menciptakan” Kota baru Cikarang itu. Tiang-tiang pancang untuk jalan kereta itu habis di Km 45 lalu menuju Selatan ke arah Kota Meikarta, selanjutnya ke Bandung.

Baca Juga :  Hukum dan Hakim-Hakim Kita (4): Menjadi Pelayan Rezim Nasakom

Kami mengamati pembangunan jalan (track) kereta cepat yang dibangun di atas tiang-tiang pancang itu. Sepanjang 45 km itu hanya beberapa bagian yang “hampir selesai”, sebagian besar yang lain “belum selesai”, bahkan masih “bolong-bolong”, hanya “tiangnya doang”.

Yang bekerja di sana-sini pun hanya beberapa grup yang terdiri sekitar 5 orang. Kesimpulan kami, Proyek ini bangkrut, mangkrak, tidak berlanjut, karena kehabisan uang! Padahal sudah tiga tahun lebih. Uang pun mati di situ, karena Proyek tidak menghasilkan apa pun. Termasuk yang di Cawang, mungkin untuk salah satu Stasiun Pemberangkatan, juga tidak pernah selesai!

Tetap saja kami tidak tahu itu proyek apa. Tentu proyek publik. Dan kalau proyek publik harus diberitahukan kepada masyarakat. Di negara-negara maju begitu! Bahkan tidak cuma diberitahukan, tetapi masyarakat dimintai ijin-nya, siapa pun yang mendanai. Kalau masyarakat menolak, maka proyek bisa batal. Dasar tidak tahu, lalu Jokowi berdalih Proyek Kereta Cepat Cina tidak menggunakan dana APBN, ini adalah Proyek B to B, Business to Business, alias Swasta Cina RRC dan Cina Taipan Indonesia.

Yang terakhir ini melibatkan banyak grup yang rata-rata Taipan Mafia, yaitu grup Taipan yang banyak terlibat dalam Skandal BLBI dan yang menganggap dirinya punya otoritas kenegaraan, yang bisa membangun apa saja seenaknya. Tentu dengam main suap dan lain-lain business fraud yang melanggar hukum dan etika bisnis.

Proyek Kereta Cepat itu sama saja dengan Proyek Kota Baru Meikarta dan Proyek Pulau-pulau Reklamasi di Pantai Utara Teluk Jakarta dan pulau-pulau reklamasi lainnya, serta puluhan atau ratusan proyek lainnya lagi yang tidak jelas kegunaan dan manfaatnya bagi Negara dan masyarakat. Proyek-proyek macam ini hampir semuanya adalah Proyek B to B seperti di atas.

Bahkan, dugaan kami, defisit APBN sejak 2015, bersamaan dengan periode mulainya Jokowi, itu adalah akibat dana pajak yang seharusnya dibayarkan kepada Negara, tapi digunakan oleh para Taipan itu untuk membangun proyek-proyeknya sendiri. Besarnya defisit luar biasa besar, mungkin mencapai 2000 trilyun selama ini. Jokowi, Sri Mulyani dan Rezim menutup mata. Untuk menutupnya, dicurilah dana Haji dan lain-lain.

Baca Juga :  MRT Lebak Bulus, Akhir Sebuah Perlawanan? Sebuah Opini Tony Rosyid

Lalu uang-uang itu habis, padahal proyeknya belum selesai dan belum menghasilkan apa pun. Sementara dana dari Cina Daratan tidak.kunjung datang. Ada tiga alasan: Ekonomi Cina RRC menyusut. Perang Dagang dengan AS mencederai program-program RRC. Dan Jokowi belum tentu memenangkan periode ke dua, yang berarti kematian bagi rencana invasi ke Indonesia. Maka dana Cina pun disetop.

Kembali kepada Perang-perangan Bowo-Joko. Seandainya Joko kalah dalam Pilpres, maka bisa dipastikan Taipan-taipan Mafia ini akan gulung tikar, mereka Bangkrut. Proyek-proyeknya mangkrak dan habis. Tiang-tiang pancang kereta Cepat Cina hanya tinggal hiasan yang mengerikan. Kota Meikarta akan menjadi Kota Hantu, seperti beberapa kota baru di Cina yang juga sudah menjadi Kota Hantu. Pulau Reklamasi C dan D juga akan menjadi Pulau-pulau Hantu. Dan akan banyak Hantu-hantu Cina di banyak tempat di Indonesia.

Karena itu para Taipan Cina Mafia ini sedang bekerja keras membiayai Kecurangan-kecurangan Pilpres sehebat-hebatnya, sejadi-jadinya, agar Jokowi menang. Kecurangan-kecurangan itu harus ditutup sebaik mungkin, kalau perlu petugas yang diperintah curang pun harus ditutup mulutnya, selama-lamanya!

Demikian pula, kalau sekiranya Bowo harus menang, maka Bowo pun perlu digiring untuk berpihak kepada para Taipan Mafia itu demi menyelamatkan proyek-proyek dan bisnis-bisnis mereka, seperti halnya mereka berhasil menggiring Anies Baswedan. Sehingga, invasi Cina ke Indonesia tetap berjalan. 2030 Indonesia harus dikuasai. Lama-lama Indonesia Pasti Punya O’ee. Itu semboyan mereka!

Para Taipan Mafia itu memang akhirnya yang menjadi trouble maker di Indonesia. Mereka itulah si Setan Gundul yang sesungguhnya. Merekalah yang membikin Joko naik panggung. Mereka pula yang menjalin hubungan dengan Cina-cina Daratan. Mereka pula yang merancang invasi Cina ke Indonesia. Mereka pula yang merusak perekonomian Indonesia. Tetapi sepandai-pandai Setan, tetap saja mereka Setan yang pasti kalah. Itu sudah menjadi Sunatullah.

Tidak semua orang Indonesia sama dengan Bowo atau Joko. Masih ada Pejuang-pejuang Sejati yang tidak bisa dibujuk, digiring, diperdaya, ditipu atau dibeli. oleh para Setan Gundul!

Loading...