oleh

Membaca Skenario Pilpres Melalui Temuan Puzzle

Membaca Skenario Pilpres Melalui Temuan Puzzle. Catatan kecil pojok warung kopi ndeso Oleh: Malika Dwi Ana,
Pengamat Sosial Politik.

Jelang Pemilihan Umum (Pileg dan Pilpres) 2019, ada beberapa fakta yang janggal dan unik. Katakanlah fakta-fakta itu merupakan puzzle yang berserak. Mari kita punguti satu persatu. Puzzle-puzzle itu antara lain adalah, Pertama, 31 juta DPT (Daftar Pemilih Tetap) siluman; adanya permintaan Kemendagri kepada KPU untuk menyisipkan data pemilih sebanyak 31 juta sekian sebagai tambahan di Pemilu 2019 menimbulkan kecurigaan adanya permainan penggelembungan suara pada pemilu mendatang.

Kedua, 14 juta DPT orang gila; jika orang gila boleh nyoblos, kesannya kok sama seperti anak SD yang boleh kawin, jadinya sama-sama nyoblos dan sama-sama tidak paham maksudnya. Sepertinya makin sulit menjaga kewarasan dan akal sehat di rezim Sontoloyo ini.

Ketiga, DPT ganda.1,6 juta potensi DPT ganda mayoritas di Jateng, Jatim dan Jabar.

Baca Juga :  Mantaplah Arief Poyuono, Dia Bakal Rebut Gerindra dari Prabowo

Keempat, ribuan blangko e-KTP tercecer di beberapa tempat, membuktikan betapa cerobohnya penanganan dokumentasi kependudukan. Malah Dirjen Kependudukan Kemendagri, Zudan Arif, Malah Bilang Jual Beli blangko e-KTP hanya iseng. Bukankah itu tergolong pidana ya? Saya kok jadi gagal paham.

Kelima, banyaknya eksodus TKA (Tenaga Kerja Asing) dari Cina ilegal berKTP Indonesia di sejumlah daerah. Ada apa?

Keenam, kotak suara dari kardus, padahal dibandingkan Pilpres tahun 2014 dengan biaya pemilu 9 T sudah mendapatkan kotak suara aluminium, sedang kini tahun 2019 dengan biaya 24 T hanya mendapatkan kotak kardus. Kotak suara berfungsi unuk mengamankan suara rakyat dan minimalisir kecurangan hasil Pemilu, tujuannya kan begitu.

Uang dan sertifikat berharga saja biasanya disimpan di dalam brankas atau kotak besi, bukan kotak kardus, betapa penghargaan terhadap amanah rakyat yang semestinya lebih berharga dari apapun sepertinya terkesan serampangan dan sembrono. Dan lain-lain silakan di-list saja indikasi-indikasi aneh dan ganjil yang bisa disebut sebagai puzzle-puzzle berserakan.

Jika cermat menyusun puzzle-puzzle di atas, niscaya akan dijumpai narasi yang mengagetkan kita semua, yakni: “KECURANGAN PEMILU”. Itulah hipotesis sementara berbasis temuan puzzle di atas. Benar atau tidaknya, kecenderungan skenario kedepan memang mengarah kesitu. Berbagai macam kecurangan dalam pemilu bisa saja dilakukan, apalagi pemilu tahun 2019 merupakan pemilu serentak, pemilu legislatif dan pemilu presiden.

Baca Juga :  Indonesia, Jangan Terlambat Lockdown! Opini Tony Rosyid

Waspadalah! Kecurangan terjadi karena ada niat dan kesempatan. Kecurangan penyelenggaraan pemilu merupakan awal petaka bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, karena terpilihnya pemimpin dengan cara-cara yang salah akan menyengsarakan rakyat selama 5 tahun kedepan.

Dan awal yang buruk akan membawa hasil buruk pula. Maka, Pemilu Jurdil adalah tanggung jawab bersama.

Loading...