Tabligh Akbar Ma’ruf Amin Dihadiri 54 Orang. Oleh: Asyari Usman, Wartawan Senior
Angka “54 orang” di judul tulisan ini bukan salah ketik. Memang hanya 54 orang yang menunggu di lapangan yang begitu luas. Jadi, bukan 54 ribu. Bahkan bukan 540.
Kelihatannya, inilah momen yang paling menyedihkan bagi cawapres 01, Kiyai Ma’ruf Amin. Pada hari Sabtu (9/3/2019), beliau dipermalukan di Deliserdang. Tabligh akbar yang direncanakan dengan serius, pentas besar di lapangan yang juga besar, tak jadi beliau hadiri karena hanya ada 54 warga yang datang. Kasihan sekali, sebenarnya.
Berbagai laporang menyebutkan, Kiyai Ma’ruf membatalkan secara sepihak kehadirannya.
Tabligh akbar ini diselenggarakan oleh Gerakan Nasional Religius (Genius). Ketua Genius, Bobby S Hendrawan, mengatakan dia tidak tahu alasan mengapa Kiyai Ma’ruf membatalkan kehadirannya.
Tapi, masa Pak Ketua tak tahu alasannya? Semua orang tahu kok. Kiyai Ma’ruf membatalkan kehadiran karena peristiwa “tabligh akbar 54 orang” ini sangat memalukan.
Padahal, tabligh akbar ini dikawal langsung oleh mantan gubernur Sumut, Tengku Erry Nuradi (ketua Dewan Penasihat Genius). Dibantu oleh banyak pihak yang memegang kekuasaan di Sumut dan Kabupaten Deliserdang. Dipromosikan secara besar-besaran. Termasuk juga pengerahan massa secara masif oleh aparat di semua tingkat.
Kepada tamu, kepada rombongan Kiyai Ma’ruf, panitia tabligh menjanjikan akan hadir paling sedikit 4,000 orang. Cuma, mungkin, panitia lupa menjanjikan bahwa 4,000 orang itu tak ada jaminan.
Apa yang salah? Siapa yang mau disalahkan?
Tidak ada yang salah. Tabligh akbar batal ini adalah gambaran tentang elektabilitas paslonores 01 di Sumatera Utara. Masyarkat sudah menentukan pilihan. Warga tidak menghiraukan ajakan untuk meramaikan acara Kiyai Ma’ruf.
Andaikata Prabowo atau Sandi diizinkan menggunakan lapangan besar itu, hampir pasti massa akan tumpah keluar lapangan. Jalan pun akan penuh sesak. Orang tak perlu dikerahkan. Mereka akan hadir sukarela. Dari jarak jauh, apalagi jarak dekat.
Tapi, sayang sekali para penguasa di semua tingkat melakukan langkah-langkah untuk mempersulit acara terbuka yang digelar Prabowo-Sandi. Semua pejabat mempersulit. Mereka menekan dengan segala cara agar Prabowo dan Sandi tidak bertemu dengan rakyat.
Alhamdulillah, hasilnya berbeda kontras. Rakyat berbondong-bondong menyambut paslonpres 02. Sebaliknya, semua orang berbondong-bondong menghindari acara paslonpres 01.