SUARAMERDEKA.ID – Ilham Triadi, Pawang hujan Bumi Blambangan, asal Dusun Derek Desa Paspan kecamatan Glagah, yang di percaya untuk mengalihkan atau membendung turun hujan di Mega proyek Ibu Kota Negara (IKN) provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.
Presiden RI Jokowi, mulai hari minggu (28/7/2024) lalu hingga Rabo ngantor di Istana Garuda IKN untuk memantau secara langsung percepatan proyek IKN
Ilham menuturkan pada suaramerdeka.id, Senin (5/8/2024) diri awal sebelum datang per 22 Juli 2024 hujan terus hingga mobil – mobil proyek gak bisa masuk karena ada beberapa yang tergelincir akibat jalan licin
Prioritas titik lokasi yang harus saya amankan pembangunan 5 unit rusun @ 13 lantai atau lantai untuk 15 kepala keluarga (KK) type 98, sudah lengkap dengan furniture dan kelengkapan lannya untuk 2000 ASN dan tamu undangan dari seluruh Provinsi se Indonesia, dideadline tgl 10 Agustus 2024 harus selesai
“Lokasi IKN disamping dikelilingi hutan lebat dilewati garis katulistiwa. Temen SMA saya yang pernah kerja kontraktor selama 15 tahun di kalimantan awalnya meragukan kemampuan saya karena dia bilang selama 30 hari hanya 7 hari terang sisanya hujan. Begitulah alam Kalimantan begitu ekstrim 1-3 hari disini saya merasakan itu hingga drop tapi alhamdulillah dengan melakukan spiritual bisa saya lewati.” kata mantan guru SMPN 5 Banyuwangi, Senin (5/8/2024) via selulernya.
Lanjut Ilham, mereka yg butuh jasa saya tidak hanya mengandalkan ilmu pengetahuan modern, tetapi juga memadukannya dengan kearifan lokal melalui ritual tradisional.
Proses ini tidak hanya mempengaruhi kondisi cuaca, tetapi juga menambah nilai budaya dan spiritual pada setiap acara yang saya lakukan
“Pandangan saya mengenai peran dan tantangan adalah tugas sebagai pawang hujan bukan hanya tentang menghentikan hujan, tetapi juga melibatkan tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan melestarikan tradisi.
Saya merasa terhormat bisa dilibatkan menjadi bagian dari pembangunan di IKN. Ini bukan sekadar kegiatan, tetapi sebuah tantangan untuk melestarikan kearifan lokal yang sudah ada sejak lama sebagai warisan budaya adiluhung, terbukti dalam setiap ritual yang saya lakukan sebisa mungkin saya berusaha untuk mereduksi energi negatif menjadi positif untuk selalu survive menyelaraskan diri dengan alam dengan media menggunakan pengetahuan yang diwariskan oleh leluhur.
Dengan berbekal membawa sepasang keris pamor singkir lurus dan luk 9 serta 3 keris patrem naga jimatan untuk piandel atau jaga diri.” tambah Ilham Triadi, yang masih keluarga almarhum KH. Abu Dardak, Pondok Nongko.
Penugasan khusus selama 22 hari atau bisa diperpanjang tergantung situasi.
Kedatangan saya ke IKN atas permintaan Menteri PUPR Pak Basuki saat ke Banyuwangi hadir di even BEC 13 Juli lalu,
3 hari kemudian ditindak lanjuti oleh Dirjen Perumahan lewat stafnya telpon agar saya secapatnya berangkat ke IKN Rabo – Kamis intens telp saya jumat pagi berangkat.
Nawaitu, Bismillah saya harus membawa nama Banyuwangi di kancah nasional itu misi utama saya. Apalagi IKN ini proyek prestisius dengan biaya besar dan tanggung jawab bersama sebagai anak bangsa
“Saya bawa sepasang keris pamor singkir lurus dan luk serta 3 keris patrem naga jimatan utk piandel atau jaga diri. 15 hari disini sudah mengahbisksn dupa 2000 stik, krn stok menipis cari dupo aja hrs ke balikpapan 2 – 3 jam perjalanan.” urai Ilham, optimis.
Pak Wabub Banyuwngi, Sugirah 2 hari disini, WA memberi support, semua mensupport, banyak pejabat yang japri kasih support dengan pesan bawa nama baik Banyuwangi.
Tadi pagi yang memberi dukungan Pak Asisten pemerintahan, Bramuda, Kadis Pendidikan, Suratno, Pak Taufik, Plt. Disbudpar telepon, dan terakhir tadi perjalanan saya pulang dari IKN, KH. Maskur Ali, mendoakan dengan teman teman, agar saya sukses membawa misi ini.
Teman- temen DKB dan budayawan semua ngasih support termasuk ketuanya, Bahkan sambil kelakar mereka bertransfer doa katanya. (BUT).