SUARAMERDEKA – Tujuh kendaraan logistik perusahaan tambang emas Tumpang Pitu yang di parkir di Pom bensin Jajag, kini dipindahkan ke desa Wonosobo. Hingga hari ketiga aksi penghadangan,pihak perusahaan tidak dapat menunjukkan surat rekomendasi penggunaan jalan kepada warga.
Warga desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran kabupaten Banyuwangi Jawa Timur masih tetap menghadang dan tidak memperbolehkan truk yang keluar dan masuk di perusahaan tambang emas Tumpang Pitu untuk melewati jalan desa. Hingga Kamis (10/1/2019) Pukul 00.00 WIB, kedua pihak belum menemukan solusi yang terbaik.
Warga yang berjumlah kurang 100 orang itu terpaksa mengusir kembali kendaraan truk yang keluar masuk perusahaan. Karena perusahaan tidak bisa menunjukan surat rekomendasi pengunaan jalan dari instansi terkait.
Tujuh unit truk tronton pengangkut bahan logistik untuk keperluan tambang emas Tumpang Pitu tersebut terpaksa harus kembali ke area perusahaan dengan dikawal anggota Obyek Vital Nasional (Ovitnas) Polda Jatim. Karena warga ngotot, Kepala harian Obvitnas, Kompol Mustakim mengambil inisiatif untuk balik kanan.
Demi mengantisipasi bentrokam fisik dengan warga lebih baik kita balik kanan. Kita tidak mau memaksa. Tadi sebenarnya mau ditunjukkan di kecamatan. Tapi karena mendadak, warga tidak ada yang datang. Nunggu Senin, karena pak Camat sedang sakit,” kata Mustakim.
Mustakim menambahkan, dampak dari aksi blokade yang dilakukan warga dapat mempengaruhi produksi tambang emas Tumpangpitu.
“Kan kendaraan logistik ini mengangkut semen dan BBM untuk keperluan industri di dalam,” jelas Mustakim.
Sementara itu, Budi (41th) salah satu warga desa Suberagung mengatakan jika warga akan terus melakukan pemblokadean jalan. Hingga surat rekomendasi pengunaan jalan dari instansi terkait diperlihatkan kepada warga.
“Surat rekomendasi pengunaan jalan yang lama udah kedaluarsa sejak 31 Desember 2018. Sementara yang baru belum ditunjukan kepada warga. Jadi kita tetap tidak memberi ijin sampai semua komitmen disepakati,” jelas Budi.
Lanjut Budi, dampak dari kendaraan berat yang keluar masuk tambang emas melalui jalan desa membuat jalan jadi rusak dan bergelombang karena kelas jalan tidak sesuai sehingga banyak kecelakaan.
“Memang sudah ada yang diperbaiki, tapi sangat minim dan itupun hanya tambal sulam, lagian apa susahnya hanya menunjukan surat rekom, jangan jangan rekomnya palsu. Idealnya setiap kendaraan membawa copy surat rekom,” Jelas Budi.
Hal senada dikatakan Yus, salah seorang warga yang juga turut memblokade jalan. Ia menangapi rencana akan diadàkan pertemuan di kecamatan dan ditunjukkan surat rekom pengunaan jalan. Rencana itudi rasa terlalu berbelit-belit dan dinilai hanya memakan waktu.
“Kenapa tidak dibawa dan lamgsung ditunjukkan kepada warga. Apa susahnya hanya menunjukkan surat aja, ini kan aneh,” kata Yus dengan nada menyesal.
Ia juga menyangsikan kebenaran pihak PT. BSI sudah memberikan surat rekomendasi kepada kecamatan. Dan mengajak pertemuan dengan warga.
“PT. BSI awalnya berjanji akan menemui warga, namun tidak ditepati. Dan saat ini menjanjikan lagi untuk melakukan pertemuan lagi. Ini kan berbelit-belit. Lha wong hanya menunjukan surat rekomendasi aja kok susah,” ujar yus.
Dari pantauan suaramerdeka.id dilapangan, akibat aksi blokade yang dilakukan warga, tujuh unit kendaraan logistik yang sedianya akan keluar dari lokasi tambang akhirmya balik kanan kembali ke lokasi tambang emas Tumpan Ppitu seperti hari sebelumnya. Sementara tujuh unit kendaraan truck tronton bermuatan logistik yang hendak masuk ke lokasi tambang terlihat parkir di depan SPBU jajag kecamatan Gambiran, saat ini sudah dipindahkan ke wilayah Desa Wonosobo, kecamatan Srono. (BUT)