oleh

Rabu Berkah, Pemkab Banyuwangi Menggelar Two in One Peringatan Hari Jadi Jatim dan Maulid Nabi

SUARAMERDEKA.ID – Seusai mengikuti upacara Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke 77 tahun, jajaran Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Babussalam, Pemkab Banyuwangi, Rabu (12/10/2022). Dua peringatan yang bersamaan itu, menurut Bupati Ipuk Fiestiandani, adalah momentum untuk bangkit.

“Peringatan Hari Jadi Pemprov Jatim yang dirangkai dengan Maulid Nabi ini, bukan sekadar kebetulan belaka. Ini harus menjadi momentum kebangkitan bagi kita semua,” ucap Ipuk.

Hari Jadi ke-77 yang mengusung tagline Optimis Jatim Bangkit itu, imbuh Ipuk, tercerminkan dalam keteladanan sosok Nabi Muhammad.

“Nabi Muhammad ini mengajarkan bagaimana kita bangkit dengan sebaik-baiknya. Beliau membawa Islam yang asing di tengah masyarakat jahiliyah (bodoh), menuju ke masyarakat madani (beradab),” terangnya.

Lanjut Ipuk, keteladanan hidup Nabi Muhammad tersebut, harus menjadi kesadaran bagi seluruh elemen birokrasi di Banyuwangi. Keteladanan dalam memberikan pelayanan terbaik, kejujuran dan keikhlasan.

Baca Juga :  Danrem 061/SK Pimpin Upacara Tradisi Pemberangkatan Satgas Pamrahwan Papua Yonif 315/Grd

“Jadikan segala kesulitan dan jerih payah kita dalam melayani masyarakat ini, bisa menjadi sajadah panjang ibadah kita,” harapnya.

Acara yang diikuti seluruh jajaran SKPD tersebut, juga menghadirkan Habib Abdurrahman Al-Jufri. Mubalig muda tersebut, menjelaskan tentang keutamaan meneladani Nabi Muhammad. “Barangsiapa yang meyakini apa yang menjadi ajaran Nabi Muhammad SAW dengan ikhlas, pasti akan mendapat keberkahan,” ungkapnya.

Salah satu yang diuraikannya adalah tentang kejujuran dalam berinteraksi dengan masyarakat (muamalah). Baik dalam bekerja, berdagang, dan lain sebagainya.

“Terkadang, jujur itu dianggap merugikan bagi akal pikiran manusia. Tapi, sejatinya, kejujuran itu bisa melahirkan kebaikan yang tak disangka-sangka,” ujarnya.

Ada satu kisah seorang pedagang salak. Suatu hari ia menebas buah yang rasanya pahit. Mendapat hal yang demikian, ia berkonsultasi kepada seorang ulama. Sang ulama pun menyarankan untuk menjual buah itu dengan kejujuran sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad. Bilang kepada para calon konsumen jika salaknya tak manis.

Baca Juga :  "Goyang" Bupati Minahasa Utara Saat Memberikan "Arahan"

Awalnya si pedagang tidak yakin dengan anjuran tersebut. Namun, ia pun nekad menjual salak tersebut dengan memasang tulisan salak sepet (pahit). “Awalnya, dia berpikir bahwa dagangannya tidak laku karena pedagang lainnya justru menjual salak manis dan berkualitas baik. Tapi, Allah selalu punya cara untuk menunjukkan keberkahannya,” urai Habib Abdurrahman.

Tiba-tiba, di perkampungan tersebut, banyak warganya yang diare. Mereka meyakini, penyakit tersebut dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi buah salak yang pahit.

“Tak disangka ternyata dengan berdagang dengan cara jujur, seburuk apapun dagangannya, masih dibuat laku oleh Allah. Jadi, tak perlu melakukan rekayasa dan kebohongan hanya demi mendapatkan dunia,” pungkas Habib Abdurrahman Al-Jufri. (BUT)

Loading...