oleh

Issue Titik Terendah Surya Paloh dan Jokowi, Tidak Perlu Dibesar-Besarkan

Issue Titik Terendah Surya Paloh dan Jokowi, Tidak Perlu Dibesar-Besarkan

Oleh : Yudi Syamhudi Suyuti
Koordinator Eksekutif JAKI (Jaringan Aktivis Kemanusiaan Internasional)

Pernyataan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh yang menyatakan hubungannya dengan Jokowi berada di titik terendah, tidak perlu dibesar-besarkan.

Situasinya biasa-biasa saja, tidak ada yang mengkhawatirkan sama sekali untuk kepentingan Rakyat dan Negara. Justru jika terus dibesarkan atau dihembuskan, akan semakin diacuhkan Rakyat Banyak. Karena terkesan ada motivasi membangun polarisasi yang dimata rakyat sudah sampai titik jenuh dan sama sekali tidak bermanfaat.

Dalam tahun-tahun politik menjelang Pemilu 2024 sekarang ini, selalu ada dinamikanya. Itu hal yang sangat wajar. Dan pernyataan Pak Surya Paloh ini kan lebih merepresentasikan Partai Nasdem dan Koalisinya. Sehingga tatarannya hanya terserap di tingkat elit.

Kami berpikir, wajar-wajar saja Pak Jokowi mengadakan pertemuan dengan Ketua-Ketua Umum Partai di Istana. Meski kami yang merupakan bagian kelompok masyarakat sipil, tidak mengetahui apa yang dibicarakannya secara detil, akan tetapi, Pak Jokowi sebagai Presiden, bisa saja ingin memastikan sejauh mana dukungan politik terhadap Pemerintahan yang dipimpinnya hingga selesai. Hal ini tentu terkait program-program Pemerintahan Jokowi.

Baca Juga :  Mengapa Indonesia Perlu Presiden Yang Tidak Dungu?

Apalagi, Pemerintahan Jokowi dibentuk atas kemenangannya pada Pemilu 2019 dengan dukungan Koalisi Partai pendukungnya ditambah bergabungnya dua Partai yang dahulu sebagai lawan politiknya saat pemilu, namun kemudian bergabung. Tentu itu postur Partai pendukung Pemerintahan Jokowi saat sekarang ini.

Sementara Nasdem yang telah memilih jalannya dengan membangun koalisi perubahan untuk persatuan yang juga telah memiliki Calon Presiden, tentu telah menyiapkan agenda untuk berkompetisi di Pemilu 2024. Bagi kami, Nasdem dan koalisinya justru bisa lebih independen mestinya. Atas pilihannya tersebut, tentu secara politik, Nasdem tidak terlalu berkepentingan dengan Pemerintahan Jokowi, selain ingin merebutnya melalui Pemilu, termasuk Pilpres.

Jika kekecewaan Pak Surya Paloh kemudian muncul, karena merasa tidak diundang, kami pikir bukan bentuk hubungan terendah, atau hingga berpotensi minus. Melainkan bagian strategi propaganda dan kampanye politiknya.

Baca Juga :  Polda Sumbar Dalami Dugaan Penyelewengan Anggaran Covid-19

Pak Surya Paloh ini politisi senior, bahkan sangat senior. Tentu beliau sangat paham, jika Pak Jokowi tidak mengundangnya. Kami yang merupakan anak-anak kemarin sore dibandingkan Pak Surya Paloh, melihat Pak Surya Paloh sedang mencoba mengambil dukungan sebagian rakyat untuk menarik dukungan Nasdem, atas peluang yang terjadi. Dalam politik, tindakan manuver Pak Surya Paloh juga hal yang biasa-biasa saja. Hanya saja, jika diibaratkan permainan kartu remi, Pak Surya Paloh bisa dikatakan salah melempar kartu. Kenapa, karena lawan Nasdem beserta Koalisinya dan Calon Presidennya, bukan Pak Jokowi lagi. Melainkan Partai dan Calon Presiden yang akan berkompetisi di 2024.

Pak Jokowi sudah hampir selesai masa tugasnya sebagai Presiden dan tidak bisa maju kembali sebagai Presiden. Jika Pak Jokowi membangun hubungan politik antara Partai-Partai pendukungnya, kami melihat semata-mata sebagai hubungan antara Partai dan Pemerintahannya. Sehingga manuver politik Pak Surya Paloh justru dapat nematikan kartunya sendiri.

Loading...