oleh

Curi Jenazah PDP, Krisis Edukasi Covid-19? Opini Leny Agustin

Curi Jenazah PDP, Krisis Edukasi Covid-19? Oleh: Leny Agustin S.Pd, Aktivis Muslimah.

Tidak seperti awal Corona menyambangi Indonesia, masyarakat dibuat takut bahkan menimpuki petugas kesehatan yang akan memakamkan jenazah pasien terinfeksi Corona karena dirasa membahayakan. Belakangan marak terjadi “Pencurian Jenazah” PDP di beberapa daerah. Seakan khalayak sudah tidak perduli lagi jenazah yang diambil paksa reaktif ataukah tidak.

Sebagaimana yang disampaikan Ketua Penanggulangan Covid-19 RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan, Syaiful Hidayat mengatakan, alasan jenazah diambil paksa, karena warga mau menguburkan sendiri tanpa memakai protokol Covid-19.

“Jumlah massa yang mengadang banyak. Dari pada petugas terluka dan ambulans dirusak, mereka mengalah dan pulang,” kata Syaiful kepada CNNIndonesia, Sabtu (13/6).

Syaiful mengakui, kinerja Satgas Covid-19 akhir-akhir ini mulai banyak mendapat tekanan dari sejumlah warga. Tekanan tersebut bermacam-macam, mulai dari sikap protes hingga ancaman yang mengarah pada fisik seperti menodongkan senjata tajam.

Peristiwa pengambilan jenazah pasien covid-19 secara paksa ini pertama kali mencuat di Manado. Dilaian waktu terjadi ditempat yang sama (1/6), insiden terjadi di rumah sakit pancaran kasih, ketika ratusan keluarga dari PDP yang meninggal dunia menggeruduk rumah sakit. Mereka memaksa masuk dan melakukan perusakan untuk mengambil jenazah dari kamar mayat.

Baca Juga :  Ali Fikri: Diduga Korupsi Alih Fungsi Hutan di Riau, KPK Tahan STR

Massa menjadi beringas ketika ada dugaan rumah sakit akan menyogok keluarga agar jenazah tersebut mau diberi status PDP dan dimakamkan dengan protokol COVID-19.

Namun, pihak rumah sakit membantah tudingan sogok yang ditujukan ke pihak mereka. Menurut Dirut RS Pancaran Kasih, dr Frangky Kambey, uang Rp 500 ribu yang dianggap sebagai sogok, adalah honorarium yang merupakan kebijakan rumah sakit tersebut untuk rohaniawan yang membantu untuk mengurusi jenazah di rumah sakit dengan latar belakang GMIM.

Banyaknya hoax, kurangnya edukasi terhadap covid 19 dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sangat erat kaitannya. Ditengah berita yang simpang siur terkait pasien positif Corona serta penyebarannya pemerintah seharusnya lebih ekstra untuk mengedukasi masyarakat, tidak saling lempar tanggung jawab, atau bahkan ada tedeng alih-alih. Kelalaian pemerintah mencounter merebaknya virus Corona diawal penyebarannya dan setengah hati melayani masyarakat akan pandemi ini meruntuhkan kepercayaan masyarakat. Apalagi ekonomi menukik tajam, sementara untuk tes kesehatan dan covid 19 berbayar mahal. Merebaknya berita pengambilan organ tubuh pasien covid 19 dan lahan basah bisnis kedokteran juga patut untuk di clearkan pada masyarakat. Agar terjadi sinergritas antara masyarakat, Nakes dan para petinggi negara.

Baca Juga :  Pilpres 2024, Siapa Penantang Anies? Sebuah Opini Tony Rosyid

Disinilah pentingnya edukasi terkait covid 19 agar tidak menyepelekan virus yang ditemukan di daratan China tersebut. Berbahaya dan bisa menular. Sebab dengan adanya kerja sama yang baik diikuti tingkat kepatuhan serta kepercayaan yang tinggi terhadap berbagai anjuran pemerintah, maka akan semakin cepat bagi kita untuk menghalau virus ini.

Semoga pemerintah lebih sigap, tegas dan terpercaya menangani pandemi covid 19. Ketegasan dan keseriusan pemerintah amat diperlukan terlebih untuk mengedukasi masyarakat agar tidak sembrono.

Wallahu alam.

Loading...