oleh

Sarat Pesan Moral “Gandrung Marsan Tarian Banyuwangi”

SUARAMERDEKA.ID – Penari Gandrung dengan tujuh orang penari, empat diantaranya adalah pria. Saat memasuki Panggung Nusantara Festival Imlek 2025 pada Sabtu (1/2/2025 ) di Lapangan Puputan Denpasar – Bali.

Pesta spektakuler dengan panggung yang sangat besar dan megah, berukuran setidaknya. 12m x 6m. Dari atas, penuh lampu sorot berwarna warni menambah suasa lebih magis.

Ribuan penonton yang sudah berada di Lapangan Puputan Denpasar – Bali, sejak sore makin merapat ke depan Panggung Nusantara, mulailah menyalakan handphone, bersiap untuk mendokumentasikan.

Beberapa penonton berbisik, bertanya kepada teman sebelahnya tarian apa yang akan ditampilkan, lho kok ada laki-lakinya.

Para penari kemudian duduk bersimpuh, memberi hormat kepada penonton, lalu melakukan gerakan seperti melakukan permohonan izin untuk mengenakan mahkota (Omprog) yang ada di depannya.

Baca Juga :  Berkas Perkara Pembunuhan Sumiati Simanullang Segera Dilimpahkan ke Kejari Manokwari

Tak lama, setelah permohonan izin dilakukan, mahkota pun dikenakan. Pertunjukan pun dimulai. Inilah tari gandrung Marsan. Tari yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur, Sunrise of Java.

Menurut sejarahnya, tari ini berasal dari kesenian yang berkembang pada 1890. Tari Gandrung Marsan adalah tari kreasi karya Subari Sufyan terinspirasi dari perjuangan Marsan.

Gandrung saat itu, ada sebuah kesenian yang dibawakan oleh sekelompok pria berusia 7 sampai 14 tahun. Kesenian ini diiringi alat musik gendang dan rebana. Mereka mengadakan pertunjukan dari satu kampung ke kampung lain.

Sosok Marsan begitu dikagumi. Sebagai penari, dia dikenal sangat piawai memerankan sebagai perempuan. Tak hanya itu, kekaguman masyarakat pada Marsan pun karena pesan moral yang disampaikan dalam setiap tari yang dibawakan.

Baca Juga :  Puan Maharani Koordinasikan Solusi Masalah Nelayan dan Gelontorkan Bantuan Saat di Banyuwangi

Saat itu, sering terjadi persaingan dan perkelahian. Melalui tari yang dibawakannya, Marsan mencoba menyampaikan pesan damai kepada masyarakat.

Dalam perkembangannya, kesenian gandrung bukan sekadar sebuah hiburan. Dalam setiap pertunjukannya, diselipkan pesan propaganda untuk melawan penjajah. Hasil yang didapat dari pertunjukan pun digunakan untuk membantu para pejuang.

Dalam tari gandrung marsan, Subari Sufyan mengangkat kembali sosok Marsan sebagai seseorang yang memiliki jasa besar dalam perkembangan tari ini. Dan karena Marsan merupakan penari yang piawai memerankan perempuan, gerak dalam tari ini pun terlihat anggun, gemulai, serta centil.

Tapi, pada tengah tarian, para penari memasang kumis di wajah mereka. Gerak yang dibawakan pun berubah, menjadi lebih tegas dan gagah.(BUT).

Loading...