oleh

Skema Gotong Royong, HIPMI Banyuwangi Bedah Rumah Tak Layak Huni

SUARAMERDEKA.ID – Diluar pemerintah, dengan Skema gotong royong Banyuwangi melakukan bedah rumah terhadap ribuan rumah tak layah huni milik warga. Salah satunya yang dilakukan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Banyuwangi  yang membedah rumah warga muskin dengan teknologi rumah instan sederhana sehat (Risha).

Salah satunya, rumah yang direnovasi HIPMI adalah milik dua warga Banyuwangi, Hawiyah warga Dusun Gebud, Desa Pendarungan, Kecamatan Kabat; dan rumah milik Siami, Dusun Krajan, Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat.

“Terima kasih atas dukungan HIPMI terhadap program bedah rumah yang digalakkan oleh pemkab. Bedah rumah tidak hanya sekadar memperbaiki rumah saja. Namun juga turut mengurangi kemiskinan dan menggerakkan ekonomi masyarakat. Penanganan kemiskinan tidak bisa dilakukan sendiri, tapi harus gotong royong oleh banyak pihak,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, saat melakukan peletakan batu pertama di rumah milik Hawiyah, Jumat (1/7/2022).

Menurut Bupati Banyuwangi, gotong royong membantu warga miskin ini adalah bentuk solidaritas sosial yang terus ditumbuhkan pemkab ke seluruh warga.

Baca Juga :  Dewan Adat Distrik Konhir Tolak Kepala Distrik Bukan Anak Asli Konhir

“Sejak 2015 Pemkab telah menggalakkan program bedah rumah. Tahun ini lebih dari 1500 rumah tak layak huni akan diperbaiki. Skema pembiayaannya dilakukan dengan skema gotong royong banyak pihak,” imbuh Ipuk.

Lanjut Bupati Ipuk, tidak hanya dari pemerintah, namun pemkab juga mengajak dunia usaha untuk gotong royong melakukan bedah rumah.

“Kami punya datanya, nanti mereka tinggal memilih mana yang akan direnovasi. Jadi, bedah rumah ini keroyokan bareng, ada yang didanai pemerintah pusat, pemkab, pemerintah desa, Baznas, dunia usaha, Bumdesma eks PNPM, dan gotong royong berbagai pihak lainnya,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Bupati Ipuk mengapresiasi HIPMI yang merenovasi dengan menggunakan teknologi Risha. Menurutnya, tidak hanya memperbaiki rumah namun sisi kesehatan lingkungan penghuni rumah juga diperhatikan.

“Sederhana tapi sehat. Jadi tidak hanya sekadar memperbaiki, namun hal-hal lainnya seperti sanitasi, sirkulasi udara, penyediaan air bersih, dan lainnya juga diperhatikan,” pungkasnya.

Ditambahkan Ketua HIPMI Banyuwangi, Dede Abdul Ghany, mengatakan kalau dengan metode Risha, rumah tersebut memiliki keamampuan tahan gempa. Pembangunan rumah tersebut menerapkan teknologi Risha sesuai yang dikembangkan oleh Litbang kementrian PUPR.

Baca Juga :  Gempa Bumi di Philipina dan Sulawesi Utara, Tak Berpotensi Tsunami

“Pembangunan rumah dengan metode Risha, sesuai teknologi yang dikembangkan Litbang kementerian PUPR. Dan kualitas bangunan lebih baik, kami berharap bisa bermanfaat bagi warga yang mendapatkan,” ucap Dede.

Teknologi Risha adalah perwujudan sebuah rumah dengan desain modular, yaitu konsep yang membagi sistem menjadi bagian-bagian kecil (modul), dengan ukuran yang efisien agar dapat dirakit menjadi sejumlah besar produk yang berbeda-beda.

Desain bangunan rumah dengan sistem modular ini dapat diubah-ubah atau dikembangkan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan dari penghuninya. Selain itu rumah sederhana tersebut mampu dibangun dengan cepat dan memiliki kemampuan tahan gempa.

“Kami percaya dengan kekompakan seluruh masyarakat, pelaku usaha, organisasi dan asosiasi hingga seluruh perusahaan yang ada di Banyuwangi bisa menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran, sehingga tercapai rebound ekonomi yang lebih baik,” kata Dede memungkasinya. (BUT).

Loading...