SUARAMERDEKA.ID – Perkembangan politik tahun 2024 merupakan tahun politik nasional dalam pesta demokrasi Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota se Indonesia termasuk Kabupaten terujung Pulau Jawa.
Bumi Blambangan akhir – Akhir ini penuh kejutan terutama dengan peta politik di pilkada banyuwangi, dengan banyaknya rekom partai politik yang diberikan kepada petahana menjadi diskusi baik di tingkat mahasiswa, masyarakat ataupun aktivis.
Rekom menjadi target politik yang harus di lakukan oleh para kandidat yang akan mengikuti pilkada di Banyuwangi dan pasti akan berhubungan dengan partai politik yang mengeluarkan rekomendasi bagi para calon kandidat dan disini di butuhkan kekuatan loby, jaringan dan anggaran, sehingga siapa yang punya kekuatan tersebut akan mudah untuk mendapatkan rekomendasi dari partai.
Menurut personil Prodem Endras Puji Yuwono yang juga aktivis 98 (reformasi) Dedengkot GMNI, Selasa (13/8/2024), dirinya melihat perkembangan politik dimana rekom di borong salah satu calon sesuai dengan perkembangan politik yang ada, melihat fenomena itu maka para aktivis Pro Demokrasi mengadakan diskusi terkait hal tersebut.
Banyak yang menjadi catatan bagi aktivis Prodem, sebab dengan adanya pemborongan rekom walau secara politik sah – sah saja, tapi di lihat dari sisi demokrasi ini menjadi sebuah pemikiran serius, karena dengan pemberian rekom kepada satu calon ini akan membunuh proses demokrasi yang di bangun pasca reformasi.
Kematian demokrasi sudah di ambang mata, gerakan reformasi dalam rangkan membangun demokrasi akan menjadi musnah dan untuk itu aktivis Prodem akan melakukan gerakan yang dimana untuk menyelamatkan demokrasi yang teraniaya oleh kekuasaan.
“Maka saat siang itu beberapa aktivis Pro Demokrasi (Prodem) Banyuwangi berkumpul dan berdiskusi tentang kematian demokrasi sudah di depan mata dan harus di selamatkan agar demokrasi tetep berjalan dengan baik sesuai cita – cita saat pergerakan reformasi dengan berbagai cara.
Demokrasi harga mati ditengah – tengah perhelatan politik yang semakin menyepelekan makna demokrasi.” terang Endras, sapaan akrab Endras Puji Yuwono, yang juga Ketua Lembaga Penelitian Kerah Putih (Lemlit MP). (BUT).