oleh

Bagaimana Cara Menghadirkan Allah Dalam Mendidik Anak

Bagaimana Cara Menghadirkan Allah Dalam Mendidik Anak. Oleh: Ustad Teguh Turwanto, Pimpinan Pesantren Tahfizh Mutiara Darul Qur’an, Kab.Bandung Barat.

Seringkah kita saat membaca Qur’an, hati ini biasa-biasa saja? Atau saat mendengarkan suara Qur’an, suara tersebut berlalu begitu saja, tanpa ada pengaruh sedikitpun pada keimanan kita? Atau saat melakukan apapun, jarang ingat Allah? Kecuali hanya ketika sholat dan pengajian, itupun kalau tidak banyak melamunnya. Atau saat menerima ilmu tentang halal haram yang “tidak sesuai selera”, hati ini terasa agak berat mentaatinya.

Tanpa kita sadari, sebenarnya itulah hasil dari produk pendidikan berbasis sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang bertahun-tahun kita rasakan saat ini. Dimana kurikulum dan pengajarannya tidak menghadirkan Allah pada diri muridnya, karena agama dipisahkan dari pelajaran lainnya.

Pendidikan saat ini sangat memprihatinkan, jauh dari agama. Kalaupun ada agamanya, kurikulumnya dibuat dan diajarkan “ala kadarnya”, seolah-olah hanya sekedar formalitas. Pantaslah out put yang dihasilkan pun sangat jauh dari harapan. Menghasilkan generasi yang berkepribadian rusak, doyan korupsi, narkoba, sex bebas, anti Islam, dan masih banyak lagi lainnya. Lebih aneh lagi ada yang menganggap bahwa adanya kurikulum agama di sekolahlah yang membuat masalah bagi negeri ini. Pendapat yang sangat jauh dari bagaimana cara menyelasaikan masalah dengan benar.

Ketika belajar sains misalnya, tidak ada satupun kata “Allah” dan satu ayat Qur’an pun yang dituliskan dan disampaikan oleh para guru, karena dianggap pelajaran sains bukanlah pelajaran agama. Mereka beranggapan kata tersebut hanya cocok di pelajaran agama. Tapi ternyata, di pelajaran agama pun kata “Allah” tersebut hanya disampaikan formalitas, tidak membuat muridnya berfikir merenung dan merasakan keagungan dan kehebatan-Nya, kecuali hanya sekedar hafalan. Rukun iman dan rukun Islam hanya sekedar dihafalkan tanpa membekas sekiditpun pada dorongan iman dan amal.

Belum lagi banyaknya kurikululum yang diajarkan bertentangan dengan Islam, teori-teori barat seperti ekonomi kapitalisme sangat tidak menghadirkan Allah pada diri muridnya, yang ada hanya sifat rakus terhadap dunia.

Hadirkanlah selalu Allah pada diri murid-murid dan anak-anak kita di setiap pengajaran dan kegiatan apapun, agar mereka selalu ingat kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا

Baca Juga :  Saatnya Lembaga Tahfizh Berinovasi Tidak Cukup Hanya Metode Menghafal

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.
(Al Ahzab 41-42)

Allah Ta’ala juga berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّار

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal (ulil albaab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berakata, ‘Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'”
(Ali Imron 190-191)

Berikut sebagian kecil contoh-contohnya:

Saat mengajarkan tentang sifat benda-benda ciptaan-Nya, hadirkan pada diri mereka akan keagungan dan kehebatan Pencipta-Nya, tidak ada yang bisa menandingi-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
(Al Qomar 49)

Saat mengajarkan berhitung misalnya, hadirkan pada diri mereka angka-angka yang Allah sampaikan dalam ayat-Nya dan hadist Rasul-Nya, seperti jumlah pahala, dan lain sebagainya.

Allah Ta’ala berfirman:

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(AlBaqarah 261)

Saat mengajarkan bahasa, hadirkan pada diri mereka akan keagungan-Nya dan kehebatan-Nya yang telah mengajarkan bahasa kepada nabi Adam, misalnya,telah menciptakan manusia dengan berbagai bahasa, dan lain sebagainya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَـٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
(Albaqarah 31)

Baca Juga :  JAKI Ikut Mendorong Terbentuknya Badan Baru PBB bernama UNWCI

Saat menghafal Qur’an, pahamkan dan hadirkan rasa tadabbur pada diri mereka sesuai dengan ayat yang sedang mereka hafalkan.

Allah Ta’ala berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran (yang baik)” (QS. Shad: 29),

Saat memberikan hadiah, hadirkan pada diri mereka rasa syukur atas rezeki-Nya dan hadiah surga-Nya lebih dari segalanya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَتَرْزُقُ مَنْ تَشاءُ بِغَيْرِ حِسابٍ

Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.
(Ali Imran: 27)

Saat memberikan motivasi dan harapan, hadirkan pada diri mereka dorongan dan keyakinan akan kemudahan dan pertolongan-Nya

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)

Saat melihat mereka lalai, hadirkan pada diri mereka rasa takut pada azab-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Mereka takut kepada Rabb mereka yang berada di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)” (QS. An Nahl: 50).

Menghadirkan Allah pada diri murid dan anak di setiap pembelajaran dan aktifitas membutuhkan pembiasaan. Dan hal itu dimulai dari para pendidik terlebih dahulu selain melatih kemampuan berbahasa sesuai level usia murid/anak, sudahkan para pendidik selalu merasakan Allah hadir pada diri mereka sendiri setiap saat? Sehingga apa yang disampaikan akan sangat membekas kuat pada jiwa dan pikiran murid/anaknya.

Begitulah jika pendidikan berlandaskan Aqidah Islam, apa yang diajarkan tidak bertentangan dengan Aqidah Islam, bahkan mampu mengokohkan keimanan. Pendidikan yang seperti inilah yang telah mampu melahirkan sosok yang bukan hanya sholeh tapi juga cerdas, seperti Imam Syafi’i (pencetus Usul Fiqih), Muhammad AlFatih (Penakluk Roma), Ibnu Sina (ahli kedokteran), AlKhawarizmi (penemu Ilmu Aritmatika), Al Farabi (Filosof Islam), Ibnu Jabir Al Hayyan (Bapak Kimia Modern), Ibnu Jazari (Perintis Teknologi Modern & Robot) dan lain-lainnya.

Itulah keberkahan yang Allah berikan ketika pendidikan mengambil petunjuk dari Allah Ta’ala semata.

Wallahu A’lam

Loading...