oleh

Adab Bercanda Terhadap Anak Atau Murid. Opini Teguh Turwanto

Adab Bercanda Terhadap Anak Atau Murid. Oleh: Teguh Turwanto, Pimpinan Pesantren Tahfizh Mutiara Darul Qur’an.

Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam” (HR Bukhari & Muslim).

Bercanda kepada anak kadangkala diperlukan agar hubungan antara orangtua/guru dan anak bisa lebih dekat dan akrab. Tapi tahukah anda, jika bercanda tersebut buruk maka bisa berdampak buruk pada anak. Orangtua dan guru sering tidak sadar bahwa bercanda yang buruk tersebut dampaknya yaitu anak menirunya, sesuai kata pepatah yaitu guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Apalagi jika usia anak tersebut masih belum baligh maka ia lebih mudah dan lebih cepat menirunya.

Tidak jarang anak berbicara atau berperilaku buruk disebabkan karena meniru apa yang sudah mereka lihat atau mereka dengar dari candaan orangtua atau gurunya. Misalnya, jika anak suka berbuat iseng mengganggu temannya bahkan dapat membahayakannya maka perlu dicek mungkin ia pernah melihat orangtuanya/gurunya bercanda dengan cara berbuat iseng mengganggunya dan kemudian ia meniru perbuatan tersebut. Atau ada anak yang suka berbohong, maka perlu dicek pernahkah ia mendengar orangtua atau gurunya bercanda dengan cara berbohong sehingga ia menirunya?

Baca Juga :  Disunited States Of America, Sebuah Opini Asyari Usman
Disini bukan berarti tidak boleh bercanda kepada anak, karena tidak semua bercanda itu buruk. Bercanda bisa dikatakan baik jika tidak bertentangan dengan adab Islami (hukum syara’).

Dalam Islam, baik atau buruknya suatu perkataan atau perilaku standarnya adalah hukum syara’. Jika hukumnya haram maka buruk dan jika hukumnya mubah maka baik. Apalagi jika hukumnya wajib dan sunnah maka akan lebih baik lagi derajatnya.

Bagaimana jika anak berbuat hal yang diharamkan karena meniru orangtua atau gurunya? Jika ia sudah baligh maka orang yang ditirunya pun akan mendapatkan dosa. Bagaimana jika anak belum baligh? Jika anak tersebut terbiasa melakukannya sampai usia baligh maka ketika ia melakukannya diusia baligh, orang yang ditirunya pun ikut mendapatkan dosanya.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ سَنَّ فِـي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ ، وَمَنْ سَنَّ فِـي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِـّئَةً ، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

Baca Juga :  Maraknya Murid Melawan Guru, Satu Teladan Lebih Baik Dari Seribu Teori

Barangsiapa yang memberi teladan (contoh) perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang memberikan contoh kejelekan, maka ia akan mendapatkan dosa perbuatan tersebut serta dosa orang-orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun (HR Muslim)

Berikut contoh cara bercanda yang buruk (yang diharamkan) yang sering ditiru oleh anak:

• Berbohong

• Menghina

• Berbicara kotor

• Membicarakan aib orang lain (ghibah)

• Iseng kepada orang lain yang dapat membahayakannya atau menyakiti hatinya seperti memukul dan menendangnya dengan kuat, mendorongnya sampai terjatuh, dll

•Dan lain-lain

Maka sebagai orangtua atau guru, berhati-hatilah saat bercanda didepan anak. Rasulullah SAW mengajarkan kita, jika tidak dapat berbicara dengan cara yang baik maka lebih baik diam, termasuk saat bercanda. Ini termasuk bagian dari mengajarkan adab kepada anak bagaimana cara bercanda yang baik dengan cara terbaik yaitu memberikan/menjadi contoh teladan bagi anak ataupun murid.

Wallahu a’lam bisshowab

Loading...