oleh

Peningkatan Eskalasi Gaza : Representasi Perang Froxy AS-Israil vs Iran-Rusia-Turki

Peningkatan Eskalasi Gaza : Representasi Perang Froxy AS-Israil vs Iran-Rusia-Turki

Oleh : Echal Valero

Sikap AS yg terburu-buru atas aneksasi wilayah Timur Yerusalem memicu panasnya eskalasi rudal Israel-Hamas. Pada gilirannya hal itu membuka kesempatan bagi tiga sekawan: Turki, Iran, Rusia yg sejak lama ingin tampil sebagai pembela Islam memanfaatkan sentimen pro Palestina untuk menggoyang upaya perdamaian Israel-Arab yg dikendalikan AS.

Beberapa hari ini Iran, Turki, Rusia juga mencoba memanfaatkan eskalasi kekerasan di Palestina secara politik untuk menyerang pesaing regional mereka yang berkawan dengan Israel, terutama Arab Saudi yg memang sejak lama, secara diam-diam sudah membangun hubungan baik dengan Israel dan AS.

kesempatan ini juga dimanfaatkan Turki, Rusia, Iran untuk menyerang Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Sudan yg baru saja menuruti perintah AS untuk melakukan normalisasi hubungan bilateral dengan Israel. Salah satu poin kesepakatan yg sudah dibahas dalam normalisasi diplomasi tersebut adalah untuk menjamin kesertaan AS dalam mengendalikan negosiasi perdamaian Isrel-Palestina, terutama untuk kasus aneksasi wilayah timur Yerusalem.

Namun sering dengan perubahan konstalasi akibat serangan Israel baru-baru ini, membuka peluang bagi Iran, Turki, Rusia memanfaatkan isu kemanusiaan Gaza untuk menggalang opini umat muslim global dalam menggagalkan perdamaian palestina yg dikendalikan AS dan perwakilan negara-negara arab tersebut.

Perubahan konstalasi ini secara sederhana dapat dimaknai sebagai kecerobohan AS. seolah AS tidak belajar dari kasus konflik 7 tahun Suriah. keteledoran penggunaan ISIS yg berimplikasi pembantaian warga sipil dimanfaatkan dengan baik oleh Iran, Turki, Rusia mendorong sentimen umat Islam dunia untuk menendang AS keluar dari upaya perdamaian Suriah.

Baca Juga :  Lagi, Selasa Kliwon Demo Tolak Tambang Tumpang Pitu

Namun secara substantif perubahan konstalasi Palestina yg dilakukan AS secara terburu-buru, memiliki alasan mendesak. serangan ke gaza merupakan bagian dari tindak lanjut sanksi pertama Biden terhadap Iran. AS menjatuhkan sanksi baru terkait pengayaan uranium untuk pengembangan nuklir yg dilakukan Iran.

Di 2019 pengayaan uranium Iran mencapai 4.5 prosen dan meningkat menjadi 20 prosen di 2020. Sanksi dijatuhkan karena pengayaan uranium tersebut telah melampui batas 3.67 prosen seperti yg disepakati dalam pakta nuklir 2015.

Meskipun dijatuhi sanksi, Iran tidak bergeming. mengahadapi sikap keras kepala Iran, AS mendahuluinya dengan memprovokasi Israel untuk mengumumumkan serangan terhadap Iran. Alasannya sama. Israel mengancam serangan jika Iran tidak menurunkan kapasitas pengembangan nuklirnya. menghadapi ancaman AS lewat Israel tersebut, menteri pertahan Iran berbalik mengancam akan mengirim rudal ke Tel Aviv dan Haifa

Perang argumen tersebut kemudian terwujud lewat invasi Gaza. AS dan Israel secara bersama-sama menggunakan isu teorisme untuk terlibat baku hantam dengan Hammas yg didukung Iran.

Serangan rudal ini juga dimanfaat AS dan Israel untuk mengukur sejauh mana perkembangan nuklir Iran. selain itu untuk memancing keluar rival global yg terlibat dengan Iran yakni Turki dan Rusia. diantara keduanya, desas-desus Turki sudah mengutus tentara ke Palestina. Tujuannya sama, AS merasa perlu mengukur secara kumulatif perkembangan serta kemampuan nuklir dan militer ketiganya.

Baca Juga :  Habib Itu Adalah Realitas Sekaligus Entitas Politik Indonesia

Hal ini penting dilakukan AS dan Israel. belajar dari konflik 7 tahun Suriah. AS terbukti kalah bersaing mengahadapi kekuaran militer Iran, Turki dan Rusia yg berdiri di belakang Bashar.

Entahlah setelah ini apalagi yg akan dilakukan AS terhadap Palestina lewat froxy Israel ?

paling penting dendam itu masih terjaga. AS tidak rela sistem unipolar yg sudah dibangunnya susah payah sejak era perang dingin di Timteng harus diruntuhkan oleh rivalnya lewat kasus Suriah dan Yaman. arogansi baru-baru ini terhadap Palestina boleh jadi merupakan bagian dari cara AS menciptakan keseimbangan baru untuk mengembalikan kekuasaan mutlaknya atas Timteng.

Hal itu sudah didahului dengan menggalang dukungan UEA, Bahrain, Maroko dan sudan pada kasus diplomasi Israel. Terpentingnya, Saudi juga berada di balik rencana AS dan Israel karena sama-sama memiliki catatan sejarah konflik berkepanjangan dengan Iran dan Rusia.

Semoga saja dengan suksesnya rudal Hamas menembus blokade Iron Dome membuat AS-Israel menurunkan tensi serangannya ke Gaza lebih lanjut. Paling tidak ini akan menjadi katalisator jangka pendek untuk menahan Rusia, Iran dan Turki agar tidak terpancing melancarkan serangan terbuka melawan AS-Israel di palestina seperti yang terjadi pada kasus konflik Suriah. Hal ini semata-semata untuk menahan laju peningkatan korban dari kalangan warga sipil.

Wallahu a’lam Bissawab…..

Jakarta, 16 Mei 2021

Loading...