oleh

Dukungan Bertambah, Desak Pemda SBB Peduli Tidora Mananuwe

SUARAMERDEKA.ID – Jumlah organisasi yang melakukan aksi sosial penggalangan dana Peduli Tidora Mananuwe kian bertambah. Mereka pun mendesak Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) ikut peduli nasib wanita penderita kanker payudara yang harus dirawat di rumah karena keterbatasan finansial ini.

Ketua persekutuan Orang Basudara Asal Ueng di Tanah Rantau (Utosomuwa) Anjelina Meute membenarkan kabar bergabungnya berbagai organisasi pada aksi penggalangan dana kedua peduli Tidora Mananuwe. Pada aksi kedua, turut bergabung Komisariat Hukum Unpatti dan Aliansi Peduli Masyarakat Maluku. Mereka bahu membahu mengumpulkan uang di beberapa jalan di kota Ambon untuk membantu pengobatan wanita asal Desa Solea Kecamatan Taniwel Timur Kabupaten Seram Bagian Barat.

“Ini merupakan aksi kedua kalinya yang kami lakukan. Sekali lagi saya tekankan, bahwa ini merupakan aksi yang murni dari hati nurani kami untuk membantu ibu Dora (Tidora-red),” kata Meute di sela aksi, Sabtu (6/3/2021).

Baca Juga :  Bupati SBB Resmikan Puskesmas Negeri Latu Kecamatan Amalatu

Ia menekankan, masalah penanganan kesehatan atas penyakit yang diderita Tidora Mananuwe akan mudah teratasi jika ada kepedulian nyata dari Pemda SBB. Mute menyayangkan, hingga saat ini, belum ada upaya nyata meski pihaknya mengaku sudah berusaha menghubungi pihak terkait.

“Namun apa hendak dikata. Sampai saat ini belum ada langkah konfirmasi dari Pemerintah SBB guna mempresur masalah sosial kesehatan ini. Kami sangat menyayangkan hal itu. Kami minta agar pemerintah SBB dalam hal ini Dinas Kesehatan atau dinas terkait bisa turun langsung melihat kondisi dan keadaan Ibu Dora (Tidora Mananuwe-red). Yang mana sekarang sedang terbaring lemah di rumah kediamannya di Desa Solea,” tutup Meute.

Ketidakmampuan untuk memberikan penanganan kesehatan yang baik ini diakui oleh keponakan Tidora, Hopni Meute. Ia mengaku, sebelumnnya Tidora pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Masohi Kabupaten Maluku Tengah. Namun ia terpaksa dipulangkan oleh sanak saudaranya karena keterbatasan finansial keluarga. Menurut Hopni, pada saat di rumah sakit, mereka kehabisan biaya untuk menjalani pengobatan lanjutan di Makassar.

Baca Juga :  Kepala Dinas Pendidikan Seram Bagian Barat Jadi Relawan Penerima Vaksin

“Saya putus asa dan bingung. Entah pada siapa nasib Ibu Dora digantungkan. Biaya untuk berobat di Makassar sudah barang tentu tidak sedikit. Saya dan keluarga terpaksa mengambil jalan pintas untuk berobat secara tradisional di kampung. Karena keterbatasan,” ujarnya. (SMS)

Loading...