oleh

Indonesia Peringkat kedua Tuberculosis (TBC) Sedunia, Di mana Peran Negara?

Indonesia Peringkat kedua Tuberculosis (TBC) Sedunia, Di mana Peran Negara?

Oleh Rati Suharjo (Pegiat Literasi AMK)

“Bangsa yang maju dan bangsa yang kuat adalah bangsa yang sehat. Jadi tanpa kesehatan, jangan harap negara maju.”

Kalimat yang disampaikan bapak Presiden Joko Widodo adalah tepat. Kesehatan adalah modal tegaknya suatu bangsa menuju negara maju. Namun, faktanya negeri ini dihantui dengan berbagai macam penyakit. Di antaranya penyakit yang mudah menular yaitu Tuberculosis (TBC).

Tuberculosis (TBC) saat ini telah menyerang anak-anak, seperti yang terjadi di Cimahi. Pada tahun 2023 jumlah anak-anak yang terinfeksi TBC berjumlah 4.294 kasus. Kementrian Kesehatan melaporkan bahwa Tuberculosis (TBC) pada anak telah naik sangat signifikan, yakni melebihi 200 persen. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi menyampaikan, kejadian ini disebabkan banyaknya orang tua yang tidak menyadari gejala TBC atau tidak segera mengobatinya, sehingga berimbas kepada penularan anak yang lain. (cnnindonesia, 18/3/2023)

Pada peringatan Hari Tuberculosis sedunia itu Imran melaporkan, pada tahun 2021 jumlah anak yang terkena kasus Tuberculosis berjumlah 42.187. Kemudian 2022 naik 100.726 dan pada bulan Maret 2023 telah dilaporkan 18.144 kasus. Secara komulatif, pada tahun 2021 berjumlah 443.235 dan tahun 2022 naik menjadi 717.941.

Tuberculosis (TBC) adalah bakteri yang menginfeksi pada organ paru-paru manusia. Penularannya melalui bersin, bicara, dan batuk yang dibawa oleh udara kepada orang terdekat. Selain itu, tempat tinggal yang kumuh dan padat. Rumah yang huniannya lebih banyak, tapi ventilasi rumah kurang, maka akan mempermudah menyebarnya virus tersebut, karena kondisinya lembab.

Baca Juga :  Terkait Wiranto, Seruan Presiden "Memerangi Radikalisme" Tidak Memiliki Dasar Hukum?

Tuberculosis atau biasa disebut penyakit TBC adalah virus yang tidak bisa disepelekan. Jika tidak segera diobati, maka akan menginfeksi pada organ yang lain, seperti ginjal, kelenjar getah bening, selaput otak tulang, dan sendi. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Dr. drh. Didik Budijanto mengatakan, setiap satu penderita Tuberculosis (TBC) dapat menularkan kepada lima belas atau enam belas orang.

Tentunya hal ini menyeramkan. Apabila dibandingkan dengan virus Covid -19 maka TBC ini sama proses penularannya. Apabila tidak segera diobati, TBC pun dapat mengakibatkan kematian. Seperti pada tahun 2021, jumlah kematian akibat TBC mencapai 98.000 dalam setahun. Akan sangat mudah tertular akibat kekebalan tubuh menurun. Seperti penderita diabetes, HIV, kanker dan yang mengalami gizi buruk atau stunting, bahkan juga rawan menyerang anak-anak dan usia lanjut.

Salah satu cara menghindari virus ini adalah dengan mengubah pola hidup sehat. Tidak hidup di lingkungan yang kotor, lembab, dan kumuh. Konsumsi makanan yang sehat, bergizi, dan berolah raga. Namun, untuk mengubah pola hidup sehat yaitu makan sehat dan bergizi bagi orang miskin adalah sulit. Betapa tidak, fakta menunjukkan pengendalian pasar berada di tangan kapitalis, sehingga kebutuhan pangan mahal karena dikomersilkan.

Baca Juga :  Pendangkalan Akidah Generasi, Dampak Modernisasi

Lantas, di mana peran negara dalam mengatasi permasalah ini? Tentu saja mandul. Dalam negara yang menerapkan kapitalisme hanya utang dan pajak yang menjadi penggerak ekonominya. Maka alih-alih rakyat mendapat pelayanan secara gratis, yang ada justru sebaliknya rakyat menjadi pelayan negara.

Hal ini tidak akan terjadi, jika negara menerapkan Islam sebagai konstitusi negara. Islam selain mengatur ibadah ritual, juga mengatur masalah ekonomi.

Dengan menerapkan ekonomi Islam, maka haram hukumnya sumber daya alam dikuasai kapitalis. Dengan ekonomi Islam pula haram hukumnya kapitalis menguasai pasar, apa lagi mengormersilkan atau menimbun barang-barang.

Dalam Islam, negara sebagai pelayan rakyat bukan pelayan kapitalis. Kesehatan dan pendidikan adalah kebutuhan pokok yang sama kedudukannya dengan pangan dan sandang. Untuk itu, dalam mengentaskan kemiskinan, negara akan menyediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya untuk kaum laki-laki. Karena laki-laki memikul tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya.

Hal ini telah dibuktikan di masa kekhalifahan Abdul Aziz. Beliau membagikan zakatnya ke masyarakat. Tetapi beliau sulit mencari orang yang berhak menerima zakat.

Dengan kesejahteraan ini, maka segala macam penyakit akan terentaskan khususnya tuberculosis. Sehingga akan terwujud generasi yang mandiri hingga menuju negara maju.

Wallahualam bissawab

Loading...